Kamis 27 Aug 2015 13:56 WIB

Etiopia Miliki Observatorium Pertama

warga Etiopia akhirnya memiliki observatorium pertama.
Foto: ESSS
warga Etiopia akhirnya memiliki observatorium pertama.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Etiopia, negara yang dikenal sebagai negara termiskin di dunia telah memiliki observatorium yang dibangun oleh swasta. Observatorium yang dibuka beberapa bulan ini dibangun oleh Ethiopian Space Science Society (ESSS). Lembaga ini merupakan lembaga swasta yang didanai oleh Mohammed Alamoudi. Dia memiliki darah Etiopia dan Saudi.

Dengan investasi sebesar 3 juta dolar AS, negara di Afrika Timur ini bergabung dengan negara Afrika lainnya termasuk Nigeria, Afrika Selatan dan Mesir yang telah memiliki program luar angkasa lebih dulu. Pemerintah Etiopia berharap dengan bergabungnya Etiopia pada program ini bisa mendorong pertanian lokal dan industri komunikasi setempat.

Tak bisa dimungkiri, Etiopia masih dihadapkan pada masalah malnutrisi dan kemiskinan. Namun, sejauh ini tidak ada dana dari pemerintah yang dialokasikan untuk program ini. Semuanya murni dana dari swasta. Observatorium terletak di ketinggian 3200 meter ini  terdiri dari dua teleskop dan spektograf yang bisa mengukur panjang gelmbang elektromagnetik. Tujuannya adalah untuk memfasilitasi astronomer, ilmuwan, dan teknisi untuk mengembangkan inovasi.

"Sains adalah bagian dari pengembangan, tanpa sains dan teknologi mustahl kita bisa berhasil. Prioritas utama kita adalah untuk menginsporasi generasi muda terlibat dalam sains dan teknologi," kata Direktur Komunikasi ESSS Abinet Ezra seperti diberitakan ScienceAlert.

Saat ini, pemerintah Etiopia sedang merencakanan untuk meningkatkan program ini dan mengembangkan badan antariksa di negaranya. Selanjutnya, Etiopia akan membangun observatorium yang lebih baik lagi. Tujuannya adalah untuk meluncurkan roket pertama untuk mengorbitkan satelit dalam kurun waktu lima tahun ke depan. Peluncuran satelit ini nantinya bisa membantu untuk meramalkan cuaca atau berguna untuk kepentingan komunikasi.

Solomon Belay, profesor di bidnag astrofisika mengatakan kemiskinan bukan halangan bagi Etiopia untuk memulai program ini. Namun, disadarinya negara itu juga tidak memiliki proyek ambisus. Mereka tidak buru-buru bercita-cita untuk menjajal misi luar ngkasa. Bagi sebagian negara, proyek antariksa dianggap proyek yang membuang-buang dana namun manfaatnya tidak selalu bisa dirasakan oleh masyarakat lokal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement