REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Setelah dua pekan melakukan pembahasan di Paris, Prancis, perwakilan dari 200 negara menandatangani kesepakatan pada Sabtu (12/12) petang waktu setempat. Kesepakatan tersebut berisi tujuan ambisius untuk mengurangi pemanasan global dan upaya pemerintah dalam mencapai target tersebut.
Pemerintah dan pemimpin bisnis mengatakan kesepakatan itu ingin mewujudkan nol emisi dalam setengah abad ke depan. Kesepakatan itu dinilai memberi sinyal kuat bagi pasar global untuk mewujudkan transisi penghentian ketergantungan bahan bakar fosil seperti minyak dan membuat energi bersih ekonomi.
Setelah sempat tertunda dengan ketidaksetujuan, salah ketik, dan lainnya, Menteri Luar Negeri Prancis, Laurent Fabius membawa palu yang berbentuk daun untuk mengesahkan kesepakatan. "Ini memang palu kecil, tapi saya pikir ini bisa melakukan pekerjaan besar," ujarnya yang disambut tepuk tangan peserta konferensi.
Presiden Barack Obama memuji kesepakatan tersebut sebagai penghargaan untuk kekuatan dan prinsip kepemimpinan Amerika, dan langkah penting untuk memastikan masa depan planet.
"Kesepakatan ini merepresentasikan kesempatan terbaik yang kita miliki untuk menyelamatkan satu-satunya planet yang kita punya," ujarnya dilansir the Guardian.
Namun, dia mengakui kesepakatan itu tidak sempurna. "Masalah tidak bisa diselesaikan hanya karena kesepakatan ini," ujarnya.
Kesepakatan itu juga dipuji karena membawa pesan untuk pebisnis. Kelompok Investor Internasional untuk Perubahan Iklim, jaringan yang memiliki aset 3 triliun euro mengatakan keputusan itu akan mendorong penghentian penggunaan bahan bakar berbasis fosil dan lebih banyak investasi ke energi terbarukan.
"Investor di seluruh Eropa ke depan akan memiliki kepercaan diri untuk berbuat lebih dalam menghadapi risiko kenaikan aset karbon dan mencari kesempatan untuk transisi penggunaan karbon lebih sedikit dalam mentransformasi sistem dan infrastruktur energi dunia.