REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris David Cameron menggambarkan kemungkinan anggota Ikhwanul Muslimin (IM) sebagai seorang ekstremis. Kendati begitu Cameron tak menyebut pelarangan bagi kelompok yang memiliki jaringan utama di Inggris itu.
Cameron menambahkan, IM yang beroposisi dengan sejumlah Negara Teluk, memosisikan Inggris sebagai musuh fundamental bagi kepercayaan dan identitas Muslim. Kelompok tersebut juga mendukung serangan yang dilakukan pejuang Hamas di Palestina.
"Temuan utama dari kajian ini mendukung kesimpulan bahwa anggota kelompok itu, atau mereka yang terpengaruh oleh IM harus dipertimbangkan masuk dalam indikator ekstremis," ujar Cameron.
"Sejumlah anggota IM memiliki sikap hubungan mendua dengan kelompok ekstremis," katanya menambahkan.
Pernyataan Cameron jauh dari perkiraan sebelumnya. Ia juga mengklaim nilai aspek yang dianut IM bertentangan dengan nilai, kepentingan serta keamanan Inggris. (Baca: UEA Tekan Inggris untuk Hentikan Ikhwanul Muslimin)
Pemerintah Inggris telah melakukan kajian terhadap kelompok IM. Kajian terhadap IM dipimpin oleh Duta Besar Inggris untuk Saudi Sir John Jenkis serta Charles Farr yang merupakan direktur jenderal kantor keamanan dan kontraterorisme dalam negeri.