REPUBLIKA.CO.ID,BRASILIA -- Presiden Brasil Dilma Rousseff pekan ini mengumumkan virus zika sebagai ancaman bagi kesehatan masyarakat dan memberi pemerintah wewenang lebih besar untuk mengendalikan wabah yang sudah mengakibatkan 4.000 penyimpangan pada bayi.
Dekrit yang disiarkan di majalah pemerintah, memberi wewenang kepada para pejabat pemerintah untuk datang ke kantor polisi guna membantu perjuangan untuk memberantas nyamuk yang menyebarkan virus itu.
Dekrit tersebut juga memberi hak kepada pejabat kesehatan untuk memasuki rumah pribadi, jika perlu secara paksa, sebagai bagian dari kegiatan untuk menemukan sarang perkembangbiakan nyamuk.
Pejabat kesehatan dengan bantuan prajurit militer telah memeriksa 10,9 juta properti pribadi di 3.000 kota besar di seluruh negeri itu. Virus zika bisa mengakibatkan gejala sedang pada orang yang digigit nyamuk, tapi dapat menyerang janin pada perempuan hamil sehingga mengakibatkan microcephaly atau bayi yang dilahirkan dengan kepala kecil tidak normal. Virus tersebut sejak pengujung tahun lalu menyebar ke sedikitnya 23 negara di Amerika.
Virus itu juga telah dikaitkan dengan lonjakan gejala Guillain-Barre, microcephaly, dan gangguan saraf langka; saat sistem kekebalan tubuh menyerang sistem saraf, dan kadang kala mengakibatkan kelumpuhan.
Pada Senin (1/2), setelah satu pertemuan darurat yang diadakan di Jenewa, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan "rangkaian gangguan saraf dan cacat pada bayi saat ini yang dilaporkan di wilayah Amerika merupakan Keprihatinan Darurat Kesehatan Masyarakat Internasional".
Brasil, negara yang sejauh ini paling parah diserang virus tersebut, pertama kali mengumumkan kondisi darurat kesehatan masyarakat pada November, setelah para dokter di wilayah paling miskin di bagian timur laut negeri itu menghadapi peningkatan mendadak kasus microcephaly.