Kamis 04 Feb 2016 10:15 WIB

Meksiko Anggap Virus Zika tak Ganggu Pariwisata

Rep: c21/ Red: Achmad Syalaby
Sebuah poster kampanye tentang virus zika gejala di ruang bersalin rumah sakit di Guatemala City, Guatemala.
Foto: Reuters / Josue Decavele
Sebuah poster kampanye tentang virus zika gejala di ruang bersalin rumah sakit di Guatemala City, Guatemala.

REPUBLIKA.CO.ID, CANCUN -– Kementerian Kesehatan Meksiko enggan membesar-besarkan masalah penyebaran virus zika di industri pariwisata. Pemerintah Meksiko menganggap virus berbahaya ini dapat ditekan di pusat utama pariwisata di Meksiko. 

“Infeksi tidak menimbulkan masalah untuk aktivitas turis,” ujar salah seorang staf senior dari kementerian kesehatan, Alberto Diaz, kepada operator tur pada waktu melakukan pertemuan di Cancun, Meksiko, Kamis (4/2). 

(Baca: Virus Zika Menular Lewat Hubungan Seks).

Meski begitu, dia mengakui kalau penyebaran virus zika tidak terelakkan. Sebanyak 34 kasus virus zika naik selama rentang waktu 18 pekan ke belakang di Meksiko belum termasuk kasus pada ibu hamil. Diaz mengatakan, telah mengikuti pedoman dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) saat infeksi telah menyebar sejauh ini. 

WHO memberikan sinyal bahaya terhadap virus zika karena dapat menginveksi epat juta orang di Brasil. Di Brasil, setidaknya virus zika telah menjangkit ribuan bayi dan mulai menyebar ke seluruh dunia. 

Sampai saat ini, belum ada vaksin atau pengobatan untuk penyakit yang menyebabkan demam ringan, panas dingin, dan mata merah. Meski demikian, empat dari lima pasien yang terinfeksi penyakit ini tidak merasakan gejala tersebut. 

Meksiko merupakan salah satu dari 26 negara Amerika Latin di Karibia yang wilayahnya mendapatkan peringatan terkait virus zika. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Amerika Serikat (AS) mendorong pasangan hamil untuk tidak berkunjung ke sana. 

WHO juga tidak merekomendasikan perjalanan atau perdagangan di negara-negara yang terkena dampak virus zika, seperti Meksiko.  Analis di JP Morgan memperkirakan virus akan menyebabkan infeksi terbatas di bandara negara itu meskipun tidak lebih besar dari krisis H1N1 pada 2009. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement