Vagina dan vulva hampir tetap sama bentuknya selama bertahun-tahun dari masa pubertas hingga menopause, dengan pengecualian dua peristiwa penting, yakni melahirkan dan menyusui.
"Melahirkan bayi ke dunia bisa menjadi sangat traumatis bagi area vagina," kata Dr Yasmin.
Perobekan dan episiotomy (irisan di daerah perineum-jaringan di antara mulut vagina dan anus) bisa memengaruhi penampilan dan fungsi vagina serta vulva dalam jangka panjang, tergantung pada seberapa baik jaringan tersebut menyatu kembali.
Walau vagina yang melebar selama persalinan umumnya kembali normal seiring berjalannya waktu, jaringan pendukung yang mencengkeram struktur vagina bisa rusak, dan ini akhirnya bisa menyebabkan jatuhnya dinding vagina.
Hasilnya bisa berupa masalah kandung kemih dan fungsi usus, seperti kebocoran air seni atau feses, dan benjolan yang bisa menonjol dari vagina. Operasi mungkin kadang-kadang diperlukan.
Menyusui sendiri tak menyebabkan masalah, namun tingkat estrogen rendah yang menyertainya bisa menunda kembali normalnya vagina setelah kehamilan dan persalinan.
Hal ini karena estrogen adalah hormon yang bertanggung jawab untuk menjaga vagina dan vulva terlubrikasi dan elastis. Tapi setelah periode menyusui selesai, semuanya biasanya kembali normal.