REPUBLIKA.CO.ID, RIO DE JANIERO -- Penelitian terbaru oleh sekelompok ilmuwan Argentina menemukan bahwa penyebab mikrosefali (microcephaly) kemungkinan bukan berasal dari virus zika melainkan dari larvasida beracun. Larvasida adalah zat yang digunakan untuk membunuh jentik nyamuk
Menurut kelompok ilmuwan yang menamakan dirinya Physicians in Crop-Sprayed Towns (PCST), sebuah larvasida kimia yang menghasilkan malformasi pada nyamuk disuntikkan ke penampungan air di Brasil pada 2014 dengan maksud untuk menghentikan perkembangan jentik nyamuk di tangki air minum.
Larvasida kimia tersebut bernama Pyriproxyfen, buatan Sumitomo Chemical, sebuah perusahaan yang telah lama bekerja sama dengan Monsanto. Biasanya larvasida ini digunakan pemerintah untuk mengendalikan populasi nyamuk di suatu negara.
'"Bukan sebuah kebetulan malformasi terdeteksi di ribuan anak dari ibu hamil yang tinggal di daerah yang telah dimasukan pyriproxyfen ke dalam penampungan air minum," tulis PCST dalam sebuah laporan seperti dikutip Tech Times, Selasa (16/2).
Kelompok dokter asal Argentina itu mengatakan bahwa selama epidemi Zika sebelumnya, belum ada kasus mikrosefali terkait dengan virus tersebut. Faktanya, sekitar 75 persen populasi penduduk di negara-negara ditemukan kasus Zika sudah terinfeksi oleh virus nyamuk.
"Di negara-negara seperti Kolombia di mana ada banyak kasus Zika, tidak ada catatan dari mikrosefali terkait dengan Zika," tambah kelompok dokter tersebut.
Dalam situs resminya, Sumitomo Chemical menuliskan bahwa pyriproxyfen hanya memiliki resiko yang sangat kecil ke mahluk hidup seperti burung, ikan, dan mamalia lain. Mereka juga menyatakan bahwa klaim PCST itu tidak berdasar ilmiah dan menambahkan bahwa produk tersebut telah disetujui Badan Kesehatan Dunia (WHO) sejak 2004 dan Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat sejak 2001.
Hubungan antara Sumitomo Chemical dengan Monsanto membuat muncul dugaan, seperti dituliskan Natural News, bahwa keterkaitan antara Zika dan mikrosefali adalah isu yang dihembuskan untuk menutupi kerusakan yang ditimbulkan oleh bahan kimia beracun yang diproduksi oleh salah satu korporasi global paling kuat di dunia.
Monsanto adalah sebuah perusahaan multinasional asal Missouri, AS, yang bergerak di bidang agrikultur. Ia dan Sumitomo Chemical telah lama bekerja sama dan pada 2014 memperluas kerja sama tersebut untuk membasmi gulma di Amerika Selatan.
Kegiatan Monsanto dalam urusan rekayasa pangan (genetically modified organism/GMO) sering mendapatkan perlawanan dari lembaga atau kelompok yang peduli lingkungan karena produk-produk yang mereka jual diduga berdampak buruk, salah satunya adalah dugaan sebagai penyebab kanker.