REPUBLIKA.CO.ID, PBB, NEW YORK -- Dana Anak PBB (UNICEF) pada Jumat (19/2) memperingatkan konflik di Ukraina telah "sangat berdampak" pada kehidupan 580.000 anak yang tinggal di daerah yang dikuasai kelompok non-pemerintah dan di dekat garis depan di Ukraina Timur.
Sementara itu tak kurang dari 200.000 di antara mereka memerlukan dukungan ahli ilmu jiwa. "Dua tahun kerusuhan, pemboman dan ketakutan telah meninggalkan tanda yang mudah dihapuskan pada ribuan anak di Ukraina Timur, kata Giovanna Barberis, Wakil UNICEF di negara Eropa Timur tersebut, dalam satu siaran pers.
"Saat konflik berlanjut, kami harus menjangkau anak-anak ini untuk secepatnya memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis mereka," kata wanita pejabat itu.
Lebih dari 215.000 anak terusir dari rumah mereka di daerah yang terpengaruh konflik, kata Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu siang. Satu dari setiap lima sekolah telah rusak atau hancur.
Tahun lalu, kata UNICEF, lebih dari 20 anak meninggal dunia dan lebih dari 40 anak lagi cedera. Di antara mereka, 28 anak menemui ajal akibat ranjau dan amunisi yang tidak meledak.
Wabah polio juga dikonfirmasi di Ukraina 19 tahun setelah negeri tersebut dinyatakan bebas polio.
"Saat temperatur merosot, kekurangan bahan bakar dan harga yang batu bara yang melonjak membuat anak-anak terancam penyakit infeksi pernafasan. Kekurangan akses ke layanan kesehatan dan kekurangan obat mengancam terjadinya penyebaran lebih banyak penyakit," kata Juru Bicara PBB Stephane Dujarric kepada wartawan di Markas Besar PBB, New York.
Kerusakan prasarana dasar telah membuat pasokan air terancam buat sebanyak dua juta orang di seluruh garis depan, kata badan PBB itu. "UNICEF menyeru semua pihak dalam konflik di Ukraian agar menjamin gerakan aman dan akses kemanusiaan tanpa halangan guna membantu anak-anak yang memerlukan," kata Barberis.