Selasa 23 Feb 2016 17:56 WIB

Pengusaha Inggris Khawatir Ekonominya Merosot Jika Keluar dari Uni Eropa

Rep: Gita Amanda/ Red: Teguh Firmansyah
Perdana Menteri Inggris David Cameron.
Foto: Reuters
Perdana Menteri Inggris David Cameron.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Para pemimpin bisnis mengatakan meninggalkan Uni Eropa akan mengancam pekerjaan dan menempatkan perekonomian Inggris dalam risiko.

BBC News melaporkan pada Selasa (23/2), para pemimpin termasuk dari BT, Mark&Spencer, dan Vodafone menandatangani surat yang menyebut keluar dari Uni Eropa akan menghalangi investasi di Inggris.

Pada Senin, Perdana Menteri David Cameron mengatakan kepada anggota parlemen meninggalkan Eropa akan menyakiti orang yang bekerja di Inggris selama bertahun-tahun.

Untuk itu dalam sebuah langkah yang jelas dan belum pernah terjadi sebelumnya, ketua atau kepala eksekutif dari 36 FTSE 100 perusahaan menandatangani surat dukungan kampanye untuk Inggris tetap di Uni Eropa.

Para pemimpin FTSE, termasuk kepala eksekutif dari bandara Heathrow dan Gatwick. Namun BBC melaporkan, ada beberapa pemimpin perusahaan penting yang absen seperti Tesco, Sainsburys, RBS, dan Barclays.

Dia mengatakan dua pemimpin perusahaan AS Goldman Sachs di Eropa telah menandatangani surat. Ini mengisyaratkan kekhawatiran luas di kalangan bank-bank besar Amerika yang berbasis di London.

Surat menuliskan, bisnis membutuhkan akses tak terbatas ke pasar Eropa. "Inggris akan menjadi kuat, lebih aman dan lebih baik untuk tetap menjadi anggota Uni Eropa," kata mereka.

Baca juga, Cameron Bahas Referendum Inggris dengan Presiden Uni Eropa.

 

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement