Rabu 02 Mar 2016 05:00 WIB

Puluhan Perempuan Bangladesh Diperdagangkan Jadi Budak Seks di Suriah

Pengungsi Suriah dari Aleppo tiba di wilayah Mabrouka
Foto: REUTERS/Rodi Said
Pengungsi Suriah dari Aleppo tiba di wilayah Mabrouka

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Puluhan perempuan Bangladesh telah terpikat dengan janji pekerjaan yang baik di Timur Tengah dan kemudian diperdagangkan ke Suriah, tempat mereka dipaksa menjadi pekerja rumah tangga atau budak seks, kata seorang perwira polisi senior Bangladesh.

Pemimpin Batalion Gerak Cepat (RAB), pasukan elite polisi Bangladesh, mengatakan kesatuannya telah menemukan 45 kasus perempuan yang telah dieksploitasi, dipukuli, disiksa, dan diperkosa di Suriah tahun lalu.

"Itu terungkap melalui satu perempuan yang disebut Shahinoor yang lolos dari peculiknya di Suriah. Dia menelepon ibunya yang mengeluh kepada kami," kata Komandan Khadaker Golam Sarowar dari RAB-3 kepada Thomson Reuters Foundation, Senin (1/3).

"Shahinoor seharusnya pergi ke Lebanon. Sebaliknya, dia dibawa ke Dubai dengan lima perempuan lain, dan kemudian ke Suriah, tempat dia dijual ke orang yang berbeda. Kadang-kadang bekerja sebagai pembantu, kadang-kadang untuk seks. Dia mengatakan kepada kami ada orang lain."

Sarowar mengatakan, perempuan berusia 34 tahun itu "sangat sakit dan tidak bisa bergerak". "Para pejabat Bangladesh di Suriah menerbangkan dia ke Dhaka untuk dirawat karena menderita penyakit ginjal," ujarnya.

Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) memperkirakan, lebih dari delapan juta warga Bangladesh bekerja di luar negeri. Banyak dari mereka bekerja di negara-negara Teluk Arab, Singapura, Asia Tenggara, dan Asia Selatan.

Perempuan, khususnya, mengambil pekerjaan sebagai pekerja rumah tangga di negara-negara Teluk tempat mereka disiksa dan menghadapi kurangnya kebebasan.

Sarowar mengatakan Suriah, tempat perang saudara yang sudah terjadi selama lima tahun, telah menjadi tujuan baru bagi para pedagang yang menggunakan agen-agen perekrutan Bangladesh untuk mengirimkan orang secara sah ke negara-negara, seperti Yordania dan Lebanon.

Pedagang di negara-negara ini kemudian membawa para perempuan itu ke Suriah, tempat mereka dibeli dan dijual dan diserahkan kepada orang yang berbeda, dengan sedikit kesempatan untuk melarikan diri.

Sarowar menambahkan, para korban sebagian besar perempuan miskin di perdesaan yang membayar biaya perekrutan rata-rata 30 ribu taka atau 380 dolar AS dengan imbalan kontrak satu tahun dengan gaji bulanan sebesar 200 dolar AS.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement