Senin 13 Jun 2016 16:47 WIB

Pemimpin Muslim AS Kecam Serangan Orlando

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Teguh Firmansyah
Personel FBI, Orlando Police Department dan Kantor Sherif Orange County menyelidiki serangan di kelab malam gay di Orlando, Florida, Ahad, 12 Juni 2016.
Foto: Craig Rubadoux/Florida Today via AP
Personel FBI, Orlando Police Department dan Kantor Sherif Orange County menyelidiki serangan di kelab malam gay di Orlando, Florida, Ahad, 12 Juni 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, ORLANDO -- Kelompok Muslim Amerika Serikat mengecam aksi penembakan di kelab malam Pulse, Orlando, Ahad (12/6). Kepala kelompok advokasi Muslim AS, Dewan Hubungan Amerika-Islam, Nihad Awad mengatakan ini adalah aksi kebencian.

"Ini adalah sebuah aksi kejahatan berlatar kebencian, kami mengecamnya dalam bentuk sekuat mungkin," kata Awad dalam konferensi pers, dikutip Middle East Online. Ia juga menyebut anggota kelompok ISIS menyimpang.

Awad mengatakan aksi di Orlando tidak sejalan dengan prinsip Amerika dan Muslim. "Biar saya perjelas, kami tidak menoleransi segala macam bentuk ekstremisme," kata dia. FBI telah merilis informasi bahwa pelaku terinspirasi oleh ISIS.

Pelaku Omar Mateen (29 tahun) dilaporkan menghubungi 911 sebelum aksinya dan mengatakan janji setia pada ISIS. Awad menyeru persatuan dan mendesak para politisi untuk tidak mengekploitasi kejadian Orlando.

Ia juga membawa pesan untuk para pendukung ISIS. "Anda tidak berbicara untuk kami, anda tidak mewakili kami, anda adalah penyimpangan, mereka tidak menjalankan keyakinan kami. Mereka tidak pernah masuk dalam agama yang indah ini," kata Awad.

Baca juga, Belum Ada Bukti Keterlibatan ISIS dalam Penembakan Orlando.

Ia juga memperingatkan kejadian-kejadian seperti di Orlando hanya bermaksud memecah belah AS. Ia meminta semua orang, terutama politisi menghormati korban dan keluarganya juga tidak mengeksploitasi ketakutan masyarakat.

Pernyataan Awad merujuk pada komentar Donald Trump yang menegaskan AS butuh larangan terhadap Muslim. Ia meminta Presiden Barack Obama mundur jika menolak menyalahkan serangan tersebut akibat Islam radikal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement