Selasa 21 Jun 2016 18:33 WIB

Suara 'Dingin' Mateen di Panggilan 911 Saat Melakukan Penembakan Massal

Omar Mateen (29 tahun), pelaku penembakan di kelab gay di Orlando, Florida
Foto: reuters
Omar Mateen (29 tahun), pelaku penembakan di kelab gay di Orlando, Florida

REPUBLIKA.CO.ID, ORLANDO -- FBI pada Senin (20/6), merilis transkrip telepon dari panggilan 911 yang dilakukan pelaku penyerangan klub Pulse Omar Mateen. Dalam telepon tersebut, Mateen dengan nada 'dingin' memperingatkan pihak berwenang bahwa akan lebih banyak aksi serupa terjadi.

Transkrip memuat percakapan Mateen ke layanan darurat 911 dan tiga percakapan lain yang dilakukan dengan negosiator. Panggilan pertama datang lebih dari setengah jam setelah tembakan terdengar.

Dalam telepon pertamanya Mateen sempat menyebutkan pujian bagi Allah dan salawat terhadap Nabi Allah.

"Saya membiarkan Anda tahu, bahwa saya di Orlando dan saya melakukan penembakan," kata Mateen kepada operator 911.

Agen khusus FBI Ronald Hopper mengatakan selama panggilan 50 detik dengan operator Mateen membeberkan aksi pembunuhannya dengan nada suara dingin, tenang dan disengaja. Namun menurut Hopper tak ada bukti adanya keterlibatan kelompok teror asing dalam aksi Mateen.

Namun Departemen Kehakiman pada Senin menyediakan transkrip lebih lengkap yang mengonfirmasi Mateen berjanji setia kepada pemimpin Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) Abu Bakar al-Baghdadi.

Baca juga, Pelaku Penembakan Orlando Bukan Orang yang Relegius.

Departemen Kehakiman mengatakan dalam sebuah pernyataan, awalnya ini dirahasiakan agar tak memberikan ekstremis platform publisitas untuk propaganda kebencian mereka.

Dalam teleponnya ke 911, Mateen juga mengatakan dirinya berjanji setia pada Baghdadi. Tak lama setelah telepon dengan operator 911, Mateen juga melakukan tiga percakapan dengan negosiator krisis.

Dalam pembicaraan itu ia sempat mengidentifikasi diri sebagai "tentara Islam" dan mengatakan kepada negosiator untuk memberitahu Pemerintah Amerika Serikat agar menghentikan pengeboman di Suriah dan Irak. Ia juga mengatakan itulah sebabnya dia berada di tempat itu.

Mateen juga sempat mengancam akan meledakkan mobil dan mengikat sandera dengan rompi peledak. Tapi FBI mengatakan tak ada rompi peledak maupun bom yang ditemukan di lokasi maupun mobil tersangka. "Kalian akan mendapatkannya dan saya akan menyalakan peledak ini jika mereka mencoba melakukan hal yang bodoh," ujar Mateen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement