Kamis 07 Jul 2016 12:41 WIB

Mantan PM Australia John Howard Malu Soal Kebohongan Perang Irak

Rep: Gita Amanda/ Red: Teguh Firmansyah
Mantan PM Australia John Howard
Mantan PM Australia John Howard

REPUBLIKA.CO.ID,  CANBERRA -- Mantan perdana Australia John Howard mengeluarkan pernyataan terkait laporan yang dirilis Sir Jihn Chilcot. Ia mengaku malu saat mengetahui tak ada senjata pemusnah massal di Irak.

Seperti dilansir Business Insider Kamis (7/7), sebuah memo yang diklasifikasikan sebagai bagian dari penyelidikan Chilcot mengungkap bagaimana mantan perdana menteri Inggris Tony Blair menggunakan resolusi PBB  sebagai 'trik' untuk mendapat dukungan publik dan Dewan Keamanan PBB melancarkan perang di Irak.

Pemerintah AS di bawah George W Bush melakukan hal yang sama. Sementara perdana menteri Australia kala itu John Howard mengaku tak keberatan.

Laporan mantan analis intelijen Andrew Wilkie mengatakan kepada ABC, Howard harus menghadapi tuntutan di Pengadilan Kejahatan Internasional atas keputusannya.

Blair telah meminta maaf dan mengatakan kenangan akan peristiwa seputar invasi tak akan pernah pergi darinya. Ia juga mengakui tiga kesalahan besar yang dibuatnya pada saat itu.

Sementara Howard tak sepenuhnya meminta maaf. Ia hanya mengaku malu seputar invasi yang gagal.  Ia mengatakan kepada Seven Network, malu saat mengetahui tak ada senjata pemusnah massal di Irak.

Baca juga, Laporan Chilcot Ungkap Blair Paksakan Inggris Terlibat di Perang Irak.

Berbicara dalam konferensi pers, Howard mengatakan tak ada kebohongan yang diinformasikan. Hanya saja menurutnya ada kesalahan informasi intelijen yang menjadi dasar tindakan mereka.

"Ya, kemudian kami menemukan tak ada stok (senjata pemusnah massal), tapi harus diingat informasi intelijen mengatakan baik Inggris maupun Amerika Serikat, menginformasikan badan-badan intelijen kita sendiri, ada stok," kata Howard. "Tak ada kebohongan, ada kesalahan dalam informasi intelijen, namun bukan kebohongan," ujarnya.

Howard menambahkan, ia sangat menyesalkan hilangnya nyawa dalam konflik militer ini. Menurutnya hal itu merupakan keputusan paling sulit yang diambilnya sebagai perdana menteri.

Dua tentara Australia tewas di Irak, Victoria Paul Pardoel (35 tahun) adalah seorang letnan penerbangan ia meninggal saat Hercules C-130 yang dibawanya jatuh pada 30 Januari 2005 dan menewaskan 10 awak kapal. Prvate Jake Kovco   (25 tahun) dari Batalyon 3, Resimen Kerajaan Australia, tewas pada 21 April 2006, akibat luka tembak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement