Ahad 10 Jul 2016 20:36 WIB

Peluru Kendali Kapal Selam Korut Dilaporkan Gagal

Korea Utara
Foto: Corbis
Korea Utara

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara menembakkan peluru kendali balistik dari kapal selam pada Sabtu, namun tampak gagal segera setelah peluncuran, kata militer Korea Selatan.

Peluncuran itu dilaksanakan pada akhir sepekan peningkatan ketegangan di Semenanjung Korea dan hanya sehari setelah Amerika Serikat dan Korea Selatan membahas pengerahan tata anti-peluru kendali mutakhir untuk menangkal ancaman dari Pyongyang.

Korea Utara pada Kamis memperingatkan bahwa mereka merencanakan tanggapan terkuat terhadap yang mereka anggap "deklarasi perang" Amerika Serikat. Peringatan itu menyusul pencantuman pemimpinnya, Kim Jong-un, dalam daftar hitam Amerika Serikat terkait pelanggaran hak asasi manusia.

Kantor Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan dalam pernyataan bahwa peluru kendalinya diluncurkan pada sekitar 09.30 WIB di perairan timur Semenanjung Korea.

Peluru kendali itu diperkirakan diluncurkan dari kapal selam seperti yang direncanakan, namun tampak gagal pada tahap awal peluncuran, kata Kepala Gabungan.

Militer Jepang, Amerika Serikat dan korea Selatan mengutuk peluncuran misil itu sebagai sebuah pelanggaran yang jelas terhadap sejumlah sanksi PBB.

Kantor berita Korea Selatan, Yonhap, mengatakan bahwa mesin misil itu berhasil menyala, namun misil itu meledak di tengah udara di ketinggian sekitar sepuluh kilometer, dan menjangkau tidak lebih dari beberapa kilometer di atas permukaan laut.

Militer Korea Selatan menolak untuk mengkonfirmasi detail tersebut, mengutip kebijakannya untuk tidak mempublikasikan pernyataan terkait permasalahan intelijen.

Peluru kendali itu terlacak di lautan, arah tenggara dari Sinpo, korea Utara, kata militer Korea Selatan. Sejumlah citra satelit menandakan bahwa Pyongyang secara aktif mencoba mengembangkan program peluru kendali balistik yang diluncurkan dari kapal selam mereka di wilayah itu, menurut para pakar.

Komando Strategis Amerika Serikat, yang misinya adalah untuk mendeteksi dan mencegah serangan strategis terhadap Amerika Serikat beserta sekutunya, mengatakan bahwa mereka telah melacak apa yang diduga sebagai sebuah misil balistik dari kapal selam (SLBM) KN-11.

Peluru kendali itu diluncurkan dekat Sinpo, pelabuhan pantai timur Korea Utara, dan kemudian jatuh ke laut antara wilayahnya dengan Jepang, komando itu mengatakan dalam sebuah pernyataan.

Korea Utara -yang tertutup- dan Korea Selatan -yang kaya dan demokratis- secara teknis masih dalam keadaan perang dikarenakan konflik 1950-1953 mereka berakhir dengan sebuah gencatan senjata, bukan sebuah perjanjian damai. Korea Utara seringkali mengancam akan menghancurkan Jepang, Korea Selatan beserta sekutu utamanya, Amerika Serikat.

Peluncuran peluru kendali itu adalah "tantangan jelas terhadap sejumlah resolusi Dewan keamanan PBB", kata Perdana Menteri jepang Shinzo Abe pada Sabtu, menurut kantor berita Kyodo.

"Kami sebaiknya mengutuk keras peluncurannya dengan cara bekerja dengan komunitas internasional," kata Abe mengatakan keapda wartawan, namun mengatakan bahwa peluncurannya tidak akan mempengaruhi keamanan Jepang.

Amerika Serikat mengatakan bahwa mereka sedang memantau dan mengulas keadaannya bersama dengan sekutu dan rekan kawasannya.

"Kami sangat mengutuk uji coba misil Korea Utara yang melanggar sejumlah resolusi Dewan Keamanan PBB, yang dengan gamblang melarang penggunaan teknologi peluru kendali balistik di Korea Utara," kata Gabrielle Price, juru bicara Biro Urusan Asia Timur dan Pasifik di Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement