Sabtu 16 Jul 2016 18:36 WIB

Penerbangan Sipil Ditutup ke Wilayah Turki Barat Laut

Situasi di Turki berangsur mulai tenang. Warga mulai berjalan santai di kawasan Taksim Square, Sabtu (16/7), menyusul ketegangan akibat upaya kudeta.
Foto: Reuters
Situasi di Turki berangsur mulai tenang. Warga mulai berjalan santai di kawasan Taksim Square, Sabtu (16/7), menyusul ketegangan akibat upaya kudeta.

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Wilayah udara di atas kawasan Marmara di Turki barat laut telah ditutup untuk penerbangan sipil hingga pukul 18.05 waktu setempat. Demikian dirilis Kantor Berita Negara Anadolu, Sabtu (16/7) mengutip informasi dari otoritas penerbangan.

Penutupan wilayah udara yang berad di daerah dekat perbatasan Turki, Yunani dan Bulgaria itu dilakukan setelah upaya kudeta diluncurkan oleh sebuah faksi dalam militer Turki. Sementara itu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Sabtu pagi waktu setempat mengatakan pemerintah berfungsi dan ia tetap memangku jabatan sebagai Presiden setelah negara itu dilanda kudeta pada malam sebelumnya.

Di dalam pidato kedua yang disampaikan di Bandar Udara Istanbul dalam waktu kurang dari dua jam, Presiden Turki mengatakan bahwa Angkatan Bersenjata tidak dan tak bisa memerintah Turki. Erdogan berikrar akan mengakhiri operasi terhadap perencana kudeta untuk mempertahankan militer agar 'tetap bersih.

Di dalam pernyataan yang disiarkan melalui televisi segera setelah ia mendarat di Bandar Udara Internasional Ataturk di Istanbul, Erdogan mengatakan Kota Pelancongan Marmaris di bagian barat-daya Turki dibom sebab para penyerang mengira ia masih berada di sana.

 

Erdogan berikrar akan mengakhiri operasi terhadap perencana kudeta di dalam militer. "Militer kami bersih dan tak seorang pun dapat membahayakannya," katanya.

Ia menuduh upaya kudeta di negerinya dilakukan oleh gerakan yang dipimpin oleh tokoh Turki Fethullah Gulen, yang kini tinggal di Negara Bagian Pennsylvania, Amerika Serikat. Ankara telah menuduh gerakan itu mengoperasikan negara paralel dan berusaha menggulingkan Pemerintah Turki. "Mereka mendapat perintah dari Pennsylvania," kata Erdogan.

Perdana Menteri Turki Binali Yildirim telah mengatakan sebagian besar situasi di Ankara telah dikendalikan dan sebanyak 120 orang ditangkap.

(Baca Juga: Ini Reaksi AS Terhadap Insiden Kudeta di Turki)

sumber : Antara

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement