REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengecam kritikan PBB terhadap perang negara itu melawan narkoba. Ia menyebut kritikan PBB tersebut "sangat bodoh", sebab menurutnya pecandu narkoba tak lagi layak sebagai manusia.
"Di sinilah PBB, mudah terombang-ambing, dan datang dengan proposisi yang sangat bodoh," kata Duterte dalam pidato pada Rabu (17/8) di sebuah acara yang juga dihadiri oleh para diplomat asing seperti dilansir Aljazirah.
Duterte mengatakan, PBB begitu cepat mengkritik pemerintahannya namun 'diam' pada kekerasan di Timur Tengah. Ia mengatakan belum mendengar kemarahan publik pada negara yang menargetkan pengeboman desa dan masyarakat hingga menewaskan semua warga dan bahkan hewan-hewan di sana.
Sebelumnya Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-monn dan Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahata mengutuk langkah Duterte yang dinilai melakukan pembunuhan di luar hukum. Menurut angka polisi lebih dari 600 orang yang diduga pengguna narkoba, obat bius, dan penyelundup narkoba telah tewas sejak 1 Juli lalu kala Duterte melancarkan perang melawan narkoba.
Media-media lokal bahkan menyebut jumlah orang yang tewas akibat operasi Duterte itu mencapai 1.000 jiwa. Namun Duterte berpendapat angka tersebut jauh lebih rendah dibandingkan kekerasan di tempat lain di dunia. Presiden 71 tahun itu juga mencatat bahwa jutaan warga Filipina hancur oleh narkoba. Untuk itu ia menyebut pecandu narkoba tak layak sebagai manusia di planet ini.
"Apa masalahnya? Anda menyuntikkan politik. Hanya seribu yang meninggal dan Anda sebut negara saya dalam bahaya, dalam bahaya. Bagi mereka yang dibunuh oleh sindikat narkoba, kami hanya dapat menyelidiki. Tapi jangan melabeli kriminal pada pemerintahan saya," katanya.