REPUBLIKA.CO.ID, GAZIANTEP --  Pesta pernikahan di Distrik Sahinbey, Provinsi Gaziantep, Turki, berakhir dengan tragis Sabtu akhir pekan lalu. Sebuah bom bunuh diri di pesta yang terjadi pada 22.50 membuat setidaknya 51 orang tewas.

Pejabat Turki mengatakan, Senin (22/8), sebanyak 22 korban dalam serangan di pesta pernikahan di tenggara Turki itu berusia di bawah 14 tahun.

Presiden Recep Tayyip Erdogan menyalahkan Daesh, sebutan bagi ISIS, atas insiden berdarah tersebut. Ironisnya, pelaku juga merupakan bocah yang baru berusia 12 hingga 14 tahun. 

"Apapun nama kejahatan teror ini yang bertujuan menghilangkan nyawa orang tak bersalah, pemerintah dan bangsa ini akan terus melawan teror itu," ujar Perdana Menteri Binali Yildrim.

Pesta pernikahan di jalanan kota merupakan tradisi yang biasa dilakukan di tenggara Turki, terutama saat musim panas.  Gulser Ates yang terluka akibat kejadian itu mengatakan, ia sedang berbicara dengan tetangga ketika ledakan berlangsung.

"Saya tak tahu apa yang terjadi. Satu hal yang saya ketahui, tetangga saya tewas di atas tubuh saya," tuturnya.

"Jika ia tak menimpa saya,  mungkin saya tewas juga. Tubuhnya menyelamatkan saya."

Menurutnyan, banyak anak-anak di lokasi kejadian, dan mereka tak berdosa. Sukru Akdogan, kerabat pengantin mengatakan, "Kami tak bisa melihat apapun. Tak ada kecuali hanya bagian-bagian tubuh."

Kelompok oposisi juga mengecam serangan tersebut. Kemal Kilicdaroglu dari Partai Rakyat Republik (CHP) mengatakan, mereka yang berada di balik serangan ini tak akan bisa menggoyahkan persatuan turki. Pemimpin Partai Pergerakan Nasionalis Devlet Bahceli mengatakan, provinsi itu menjadi tempat pembantaian yang menyeramkan.

Baca juga, Pelaku Bom Bunuh Diri di Pernikahan Turki Adalah Anak-Anak.

Ikuti Whatsapp Channel Republika