Jumat 02 Sep 2016 01:06 WIB

Dikritik, Presiden Filipina Batalkan Pertemuan dengan Sekjen PBB

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Indira Rezkisari
Presiden terpilih Filipina Rodrigo Duterte
Foto: AP Photo/Bullit Marquez
Presiden terpilih Filipina Rodrigo Duterte

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Presiden Filipina Rodrigo Duterte membatalkan rencana pertemuannya dengan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, setelah aksi melawan narkoba Duterte dikritik PBB. Filipina bahkan sempat mengancam akan keluar dari PBB.

Ban meminta pertemuannya dengan Duterte digelar di Laos yang akan menggelar pertemuan pemimpin ASEAN pekan depan. Filipina akan mengambil giliran menjadi pemimpin ASEAN dari Laos pada 2017 mendatang.

Namun, secara resmi pihak Duterte menyampaikan tak bisa memenuhi jadwal pertemuan dengan Sekjen PBB itu. ''Pertemuannya sudah direncakan, tapi waktu kami tidak saling cocok,'' kata juru bicara Ban, Stephane Dujarric seperti dikutip Reuters, Jumat (2/9).

Pekan lalu, dua aktivis HAM PBB mendesak Manila untuk menghentikan gelombang eksekusi ekstra yudisial dan perintah tembak di tempat atas pemilik narkoba. Kontroversi ini muncul setelah Duterte memenangkan pemilihan Presiden Filipina dan berjanji untuk memberantas narkoba dengan langkah yang justru menuai kecaman.

Sumber PBB lainnya menyebut sangat tak enak di telinga bila seorang pemimpin negara mengatakan terlalu sibuk untuk bertemu Sekjen PBB. Sumber tersebut mengatakan regulasi narkoba dan HAM jadi agenda utama pertemuan itu.

Juru bicara Kepresidenan Filipina Ernesto Abella membenarkan batalnya pertemuan Duterte dengan Ban. Namun ia menolak berkomentar apakah ini disebabkan kritik di PBB.

''Presiden Rodrigo Roa Duterte punya alasan sendiri untuk tidak menemui pemimpin negara atau lembaga tertentu. Tidak ada alasan untuk berspekulasi atas hubungan Filipina dengan komunitas negara,'' ungkap Abella.

Pada sebuah konferensi pers pada 21 Agustus lalu, Duterte juga sempat melawan kritikan PBB terhadap kebijakannya. Ia bahkan mengatakan akan mengajak Cina dan negara-negara Afrika untuk membuat organisasi global alternatif.

Keesokan harinya, Menteri Luar Negeri Filipina Perfecto Yasay mengatakan Filipina tetap berkomitmen tetap berada di PBB dan tidak akan pergi meskipun Filipina sudah berkali-kali kecewa dengan organisasi internasional itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement