Selasa 06 Sep 2016 11:56 WIB

Indonesia Berisiko Tinggi Terkena Wabah Zika

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Teguh Firmansyah
 Nyamuk Aedes aegypti penyebab visrus zika.
Foto: Reuters/ Paulo Whitaker
Nyamuk Aedes aegypti penyebab visrus zika.

REPUBLIKA.CO.ID, TORONTO -- Sebuah penelitian terbaru menyebut dua juta orang Asia dan Afrika terancam terinfeksi zika. Para ilmuwan dari London School of Hygiene and Tropical Medicine, Oxford University dan University of Toronto, Kanada menuliskannya dalam The Lancet Infectious Diseases.

Populasi di India, Indonesia dan Nigeria dinilai paling rentan tertular. Para peneliti menggunakan data jumlah pelancong melalui udara untuk membuat model prediksi.

Tim peneliti mengatakan sebagian besar penduduk tinggal di lingkungan yang sulit untuk melakukan deteksi, pencegahan dan merespon virus.

Tim melihat sejumlah faktor seperti orang-orang yang bepergian ke wilayah wabah, keberadaan nyamuk inang virus dan cuaca di wilayah yang membuatnya berisiko. Menurut mereka, banyak orang yang tinggal di tempat wabah pergi ke Afrika dan Asia.

Dalam penelitian, peneliti menilai Filipina, Vietnam, Pakistan dan Bangladesh cukup rentan karena sumber daya medisnya terbatas. "Imbas pada penduduk bergantung pada kemampuan negara untuk mendiagnosa dan merespon kemungkinan wabah," kata peneliti Kamran Khan dari St Michael Hospital Toronto.

Meski demikian, mereka memperkirakan imunitas virus mungkin sudah ada di sejumlah area. Sehingga risiko bisa berkurang.

Baca juga, Virus Zika Teridentifikasi di Indonesia.

Hingga saat ini, zika telah menyebar ke sedikitnya 65 negara. Infeksi juga telah merambah Afrika. Pakar mengatakan penularan lebih tinggi saat musim panas. Saat itu orang-orang banyak bepergian ke seluruh penjuru dunia.

Suhu hangat selama musim panas juga menguntungkan nyamuk hidup lebih lama. Peneliti Oliver Brady mengatakan India, Indonesia dan Nigeria diprediksi menderita risiko tertinggi. "Jika zika berpindah ke area ini maka dampaknya terhadap sistem kesehatan akan sangat kacau," kata dia.

Profesor virologi molekular, Jonathan Ball mengatakan aktivitas perjalanan dan perdagangan akan menyebarkan viza ke seluruh dunia. "Ini adalah virus yang menyebar selama bertahun-tahun di Afrika, Asia dan lainnya, banyak orang sudah tertular," kata dia. Ball menambahkan salah satu cara untuk mencaritahu ke mana penyebarannya adalah dengan penelitian langsung agar terhindar dari wabah viral di masa depan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement