REPUBLIKA.CO.ID, NIEUWEGEIN -- Penyelidikan oleh tim jaksa internasional mengonfirmasi pesawat Malaysia Airlines MH17 jatuh oleh rudal dari sistem Buk Rusia, Rabu (28/9). Laporan juga menyebut rudal ditembakkan dari wilayah pemberontak yang didukung Rusia.
"Peluncur rudal dibawa ke Ukraina dari sana," kata mereka. Keluarga para korban tewas di dalam pesawat mengatakan para jaksa menyelidiki sekitar 100 orang diduga terkait insiden.
Jaksa juga menceritakan bagaimana Buk itu dikirim dan bagaimana akhirnya mereka membuat kesimpulan. Salah satu keluarga korban, Robby Oehler mengatakan jaksa mendapat bukti dari penyadapan telepon, foto, materi film dan video.
Tim jaksa tergabung dalam Joint Investigation Team (JIT), dipimpin oleh Belanda dan terdiri dari Belanda, Australia, Belgia, Malaysia dan Ukraina. Tahun lalu, Badan Keselamatan Belanda juga menyimpulkan MH17 ditembak oleh Buk buatan Rusia. Namun mereka tidak menyebut darimana rudal ditembakkan.
Penyelidikan terbaru oleh JIT disiapkan untuk mengarah pada peradilan. Kejaksaan juga memperdengarkan rekaman panggilan suara hasil sadap saat konferensi pers di kota Nieuwegein, Belanda.
Mereka mengatakan saksi melihat peluncur rudal bergerak dari Rusia ke Ukraina. Oehlers diberitahu bahwa peluncur itu kemudian dikembalikan ke Rusia tak lama setelah penembakkan. Kremlin mengatakan sebelumnya bahwa pesawat tidak jatuh oleh roket dari daratan.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan mereka memiliki data radar yang mengidentifikasi semua objek terbang yang diluncurkan dari udara atau daratan saat itu. "Data itu kosong, tidak ada roket. Jika ada roket, pasti ditembakkan dari tempat lain," kata Peskov.
Saat kejadian, separatis pro-Rusia sedang bertempur dengan pemerintah Ukraina di wilayah. Pesawat MH17 melintas dan mengalami kecelakaan, jatuh tak jauh dari wilayah pemberontak. Sebanyak 298 orang di pesawat tewas seketika. Pesawat tersebut berangkat dari Amsterdam untuk menuju Kuala Lumpur pada 17 Juli 2014.