REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov membantah tudingan Pemerintah Belanda yang menyebut Rusia bertanggung jawab dalam insiden jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17 pada Juli 2014. Ia mengatakan Belanda belum dapat membuktikan hal tersebut.
"Menteri (Luar Negeri) Belanda menelepon saya hari ini, dia mengatakan kepada saya apa yang sudah diketahui. Dia mengatakan tidak ada keraguan bahwa rudal Buk dibawa dari Rusia," kata Lavrov di sela-sela acara Saint Petersburg International Economic Forum pada Jumat, dilaporkan laman kantor berita Rusia TASS.
"Saya memintanya (Menlu Belanda) untuk memberikan fakta-fakta guna membuktikan tuduhan-tuduhan ini, tetapi dia gagal memberikannya," ujar Lavrov menambahkan.
Belanda dan Australia telah menyatakan Rusia bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17 di Ukraina pada 2014 lalu. Kedua negara yakin setelah Tim Investigasi Gabungan (JIT) pimpinan Belanda mempresentasikan hasil penyelidikannya di Den Haag pada Kamis (24/5) lalu.
"Atas dasar kesimpulan JIT, Belanda dan Australia sekarang yakin bahwa Rusia bertanggung jawab atas penyebaran instalasi (sistem rudal) Buk yang digunakan untuk menjatuhkan MH17. Pemerintah kini mengambil langkah berikutnya dengan secara formal meminta pertanggungjawaban Rusia," kata Menteri Luar Negeri Belanda Stef Blok pada Jumat.
JIT beranggotakan jaksa dari negara-negara yang warganya tewas dalam insiden MH17, yakni Belanda, Australia, Malaysia, Belgia, dan Ukraina.JIT dibentuk setelah Dewan Keamanan PBB gagal mengadopsi resolusi untuk membentuk pengadilan internasional pada Juli 2015 guna menuntut mereka yang bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat MH17. JIT bertugas menetapkan kasus untuk kepentingan penuntutan.
Pada Kamis lalu, JIT menunjukkan bukti foto dan video terkait insiden jatuhnya pesawat MH17. Mereka mengatakan, analisis terperinci dari gambar video tak dapat menafikan bahwa rudal yang menghantam MH17 berasal dari unit militer yang berbasis di Rusia.
Kepala satuan kejahatan Polisi Nasional Belanda, Wilbert Paulissen mengatakan rudal yang dimaksud JIT adalah rudal Buk. Menurut Paulissen, rudal Buk berasal dari brigade rudal anti-pesawat ke-53 yang bermarkas di kota Kursk, Rusia.
"Semua kendaraan dalam konvoi yang membawa rudal itu adalah bagian dari pasukan bersenjata Rusia," ujarnya.
Atas dasar temuan ini, Stef Blok yakin Rusia merupakan dalang jatuhnya pesawat MH17. "Sekarang telah terbukti ada hubungan langsung antara roket yang menghantam MH17 dan tentara Rusia," katanya.
Ia berharap Rusia dapat segera mempertanggungjawabkan keterlibatannya dalam kasus MH17. "Kami meminta Rusia menerima tanggung jawabnya dan bekerja sama sepenuhnya dengan proses untuk menetapkan kebenaran dan mencapai keadilan tinggi para korban penerbangan MH17," ujar Blok.
Pesawat Malaysia Airlines MH17 melakukan perjalanan dari Amsterdam ke Kuala Lumpur. Pesawat ini ditembak jatuh di atas zona konflik di timur Ukraina pada 17 Juli 2014. Seluruh penumpang dan awak yang berjumlah 298 orang tewas.