REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Tokoh Alqaidah yang merupakan tokoh penting dalam Front Nusra Suriah telah terbunuh dalam serangan drone yang terjadi Senin (3/10).
Mereka mengatakan Syekh Abu Al Faraj Al Masri, yang telah menghabiskan bertahun-tahun masa tahanan atas tuduhan perencanaan grup Islam garis keras dan kemudian pergi ke Afganistan itu, tewas ketika kendaraan mereka diserang di Idlib, sebuah kota yang dikuasai pemberontak di sebelah barat laut Suriah.
"Semoga Tuhan menerimanya sebagai pejuang tangguh yang tewas di medan perang," kata anggota kelompok militan bernama Abu Muhammad Al Shami.
Departemen Pertahanan Amerika mengatakan Masri adalah sasaran serangan udara dari pihaknya di Idlib pada Senin lalu. "Kami masih mempelajari akibat dari serangan tersebut," kata sebuah sumber.
Sejak pasukan koalisi yang dipimpin Amerika Serikat meluncurkan operasi militer di Suriah untuk melawan militan ISIS, serangan udara juga menyasar sejumlah tokoh terkemuka Nusra dengan sejumlah korban jiwa. Militan Suriah Jabhat Fateh Al Sham, yang dulunya pimpinan Nusra, membenarkan tewasnya tokoh yang merupakan ulama dari Mesir tersebut dalam serangan sebuah udara.
Dalam sebuah kemunculan terakhir Masri di depan publik, dia bersama pimpinam Nusra lainnya, Abu Mohamad Al-Jolani dan Jabhat Fateh Al Sham menolak Washington dan kekuatan lainnya sebagai dalih untuk menyerangnya. Washington menyangkal bahwa pergerakannya seperti hiasan saja dan mereka akan melanjutkan sasarannya ke grup teroris yang lebih besar.
Bulan lalu, Abu Hajer Al Homsi, pimpinan komando pasukan, tewas dalam serangan udara di daerah pedesaaan di provinsi Aleppo. Masri yang memiliki nama asli Sheikh Ahmad Salamah Mabrouk, telah menjadi salah satu teman dekat dari pimpinan terkemuka Alqaidah Ayman Al-Zawahri di Afganistan pada 1980.
Masri adalah satu dari pimpinan-pimpinan terdahulu yang memulai pergerakan militan Jihad Islam Radikal di Mesir. Dia dipenjara setelah kejadian pembunuhan Presiden Mesir Anwar Sadat pada tahun 1981 dan menghabiskan tujuh tahun di penjara. Masri juga pernah ditahan secara rahasia di bawah Badan Intelijen AS atau CIA setelah dia keluar dari penjara di Azerbaijan pada 1998.
Sumber mengatakan tidak seperti kebanyakan kelompok militan, dia datang ke Suriah untuk bergabung dengan Nusra setelah dibebaskan dari penjara Mesir sesuai kebijakan Presiden Muhammad Mursi, yang mana kaum muslimin dilemahkan oleh militer pada tahun 2013 setelah protes besar besaran melawan kebijakannya.