REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Ribuan warga Rusia telah bergabung dengan kelompok pemberontak di Suriah. Perdana Menteri Rusia, Dmitry Medvedev, mengeluarkan peringatan kemungkinan adanya sejumlah militan yang kembali ke Rusia dan melakukan serangan di dalam negeri.
"Anda mungkin tahu, ribuan warga Rusia ikut berperang di Suriah. Mereka telah dicuci otaknya untuk menjadi pembunuh dan teroris profesional. Kami tidak ingin mereka melakukan sesuatu di Rusia setelah tugas mereka di Suriah berakhir dan kembali ke sini," ujar Medvedev.
Rusia ingin para militan tetap tinggal di Suriah, sementara Pemerintah Suriah meminta Rusia agar para militan mengikuti hukum di sana. Ia menjelaskan, situasi tersebut pernah dirasakan Rusia setelah terjadi perang Kaukasus pada 1990-an.
Sampai Desember 2015, sebanyak 2.900 warga Rusia telah bergabung dengan pemberontak di Timur Tengah. Direktur Dinas FSB, Keamanan Rusia, Alexander Bortnikov, mengatakan 90 persen dari mereka meninggalkan Rusia pada 2013.
Moskow saat ini tengah gencar memerangi ISIS dan kelompok radikal lainnya di Suriah. Kremlin mengatakan, para pemberontak itu menimbulkan ancaman bagi keamanan Rusia dan dunia.
Kremlin membenarkan, tujuan utama mereka melakukan serangan udara di Suriah adalah untuk menghancurkan ISIS. Medvedev menegaskan, rakyat Suriah harus memutuskan masa depan politik dan sistem negara mereka sendiri.
"Kami tidak tahu apakah sistem ini akan cocok dengan Bashar al-Assad atau siapapun, itu bukan urusan kami, itu harus diputuskan oleh rakyat Suriah. Tapi kami tidak ingin Suriah hancur menjadi beberapa wilayah yang masing-masing wilayah dikontrol oleh kelompok teroris berbeda," kata dia.