Jumat 18 Nov 2016 08:53 WIB

Prancis Tutup 20 Masjid yang Dinilai Terkait Radikalisme

Rep: Marniati/ Red: Andi Nur Aminah
 Tentara dan polisi Prancis berjaga di luar masjid kota Paris, Jumat (20/11).  (AP/Francois Mori)
Tentara dan polisi Prancis berjaga di luar masjid kota Paris, Jumat (20/11). (AP/Francois Mori)

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Pemerintah Perancis telah menutup 20 masjid sejak Desember tahun lalu. Menteri Dalam Negeri Prancis Bernard Cazeneuve mengatakan penutupan 20 masjid ini dilakukan karena ditemukannya unsur radikal yang berkembang di dalam masjid. Penutupan masjid ini sebagai salah satu upaya pemerintah untuk melawan radikalisme yang berkembang di Perancis.

"Tidak ada tempat di Prancis bagi mereka yang menyerukan dan menghasut kebencian di tempat ibadah atau di masjid-masjid. Dan tidak ada tempat bagi pihak yang tidak menghormati prinsip-prinsip republik, terutama kesetaraan antara laki-laki dan perempuan," ujar Cazeneuve seperti dilansir Euro-islam.

Atas dasar itulah, Cazeneuve  mengambil keputusan beberapa bulan lalu untuk menutup masjid melalui keadaan darurat, tindakan hukum atau tindakan administratif. Tidak menutup kemungkinan jumlah masjid yang akan ditutup terus bertambah.

Pengumuman penutupan masjid ini datang setelah Perdana Menteri Perancis Manuel Valls menyerukan larangan sementara sumbangan dana asing bagi masjid Prancis. Cazeneuve juga mengumumkan bahwa pemerintah Prancis akan bekerja sama dengan Dewan Muslim Prancis (French Council of the Muslim Faith) untuk meluncurkan sebuah yayasan yang akan membantu keuangan masjid di Prancis. Dengan begitu, masjid tak perlu mengandalkan bantuan asing.

"Pada bulan Oktober, yayasan akan dibuat untuk membiayai aspek budaya lembaga bdan beasiswa untuk pendidikan Islam sekular,” katanya.

Di Prancis terdapat 2.500 masjid dan tempat ibadah. Ada 120 dari jumlah tersebut telah dicurigai oleh otoritas Prancis menyebarkan paham radikalisme.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement