Kamis 15 Dec 2016 13:01 WIB

Mengapa Oposisi Suriah Kalah di Aleppo?

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Teguh Firmansyah
Kehancuran di Aleppo, Suriah.
Foto: AP Photo/Aleppo Media Center AMC
Kehancuran di Aleppo, Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, ALEPPO -- Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan, sebanyak 6.000 warga sipil dan 366 milisi kelompok oposisi telah meninggalkan wilayah Aleppo yang dikuasai oleh kelompok oposisi dalam waktu 24 jam.  Tercatat, dari 15 ribu orang, 4.000 pejuang anti-Assad yang ingin meninggalkan Aleppo.

Rencana evakuasi warga di Aleppo merupakan titik kulminasi pertempuran antara tentara Suriah dengan kelompok oposisi selama dua pekan di Aleppo. Tentara Suriah dan sekutunya menyerang Aleppo dengan serangan udara dan tembakan artileri untuk mengusir kelompok oposisi.

Dengan mengambil kontrol penuh terhadap Aleppo, Presiden Bashar Assad membuktikan kekuatan tentaranya dan sekutunya, Rusia dan Iran di medan pertempuran.

Sedangkan kelompok oposisi yang didukung oleh Amerika, Turki, dan negara-negara Teluk mulai terlihat mengalami kekalahan sebab negara-negara pendukungnya dianggap tak sepenuh hati mendukung mereka.

Dukungan Amerika, Turki, dan negara-negara Teluk kepada kelompok oposisi jauh lebih kecil jika dibandingkan dukungan yang diberikan Rusia dan Iran kepada Suriah. Ini salah satu hal yang dinilai membuat kelompok oposisi makin terpojok di Suriah.

Selama ini Pemerintah Suriah dan sekutu lebih fokus untuk menghancurkan kelompok oposisi yang melakukan pemberontakan di Suriah daripada memerangi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang ada di sana.

Secara terpisah, Investigator Kejahatan Perang PBB menilai, Pemerintah Suriah adalah pihak yang paling bertanggung jawab untuk mencegah terjadinya serangan di Aleppo timur selama gencatan senjata. Seharusnya Pemerintah Suriah bisa mencegah tentara Suriah dan sekutu melanggar gencatan senjata.

Baca juga, Pasukan Assad Kuasai Aleppo.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement