REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Air minum telah habis di Ibu Kota Suriah, Damaskus, selama tiga hari belakangan, sementara pemerintah menuduh gerilyawan mencemari sumber air yang memasok ibu kota Suriah.
"Serangan gerilyawan telah ditujukan ke semua sumber air yang memasok Damaskus dan daerah sekitarnya," ujar Dinas Pemasok Air Kota Damaskus.
Lembaga tersebut menambahkan Pemerintah Lokal Damaskus memanfaatkan pasokan air cadangan untuk memenuhi sebagian kebutuhan air untuk lebih dari lima juta warga di ibu kota Suriah. Kondisi pasokan air, katanya, akan lebih baik dalam beberapa hari ke depan.
Sementara itu, harian pro-pemerintah Al-Watan melaporkan gerilyawan di Daerah Wadi Barada dan Ain Al-Figeh di bagian barat-laut Damaskus telah mencemari air minum dengan bahan bakar diesel. Sebaliknya, pemerintah ingin mengirim air dari sumur cadangan, demikian laporan Xinhua. Militer Suriah melancarkan pemboman gencar ke posisi gerilyawan di Ain Al-Figeh, dan mengerahkan pendukung untuk mempersiapkan tahap kedua operasi militer di sana.
Berbagai upaya untuk mewujudkan kesepakatan antara gerilyawan dan pemerintah telah dilancarkan di tengah laporan mengenai ketidak-sepakatan antara gerilyawan dan Front An-Nusrae, yang memiliki hubungan dengan Al-Qaida dan mencemari air minum. Sementara itu, Radio Sham FM dengan mengutip para pejabat di lembaga pemasok air melaporkan satu rencana darurat diberlakukan untuk menyediakan air buat warga sebanyak 30 sampai 35 liter per hari. Gerilyawan, katanya, telah memasang perangkap di mata air di Ain Al-Figeh, dan mengalihkan air ke Sungai Barada untuk mengurangi air ke ibu kota.
Kekurangan air telah membuat warga Damaskus menggunakan botol air, sementara pemerintah mengirim bertruk-truk air botol ke pelosok kota guna menjual air dengan harga resmi dan mencegah upaya monopoli.
Gerilyawan telah berulangkali berusaha memanfaatkan air sebagai senjata guna menekan pemerintah agar menghentikan serangannya terhadap gerilyawan di tempat sumber air berada.