REPUBLIKA.CO.ID, LUHANSK -- Seorang komandan oposisi di Ukraina tewas dalam serangan bom, Sabtu (4/2). Ia adalah Oleg Anaschenko yang selama ini memproklamirkan diri sebagai menteri pertahanan dari Republik Luhansk.
Kelompok oposisi di timur Ukraina mengatakan pemerintah negara itu bertanggung jawab atas serangan bom. Kejadian ini menjadi bentrokan terburuk yang terjadi di wilayah tersebut sejak 2015 lalu.
Konflik di timur Ukraina terjadi setelah terjadinya pemberontakan terhadap pemerintah negara oleh kelompok-kelompok oposisi pro Rusia di wilayah itu. Gencatan senjata disepakati antara pasukan masing-masing pihak pada Februari 2015.
Tetapi, sejumlah pelanggaran dilaporkan masih kerap terjadi. Kesepakatan untuk memperbarui gencatan senjata kembali dilakukan pada 23 Desember 2016 lalu.
Presiden Ukraina Petro Poroschenko telah membahas situasi konflik yang terjadi di wilayah timur negaranya dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Kedua pemimpin menyatakan keprihatinan atas memburuknya situasi bentrokan.
"Kedua pemimpin negara menyatakan keprihatinan mendalam atas ketegangan yang meningkat di timur Ukraina dan menekankan gencata senjata harus sepenuhnya dilakukan," ujar juru bicara Poroschenko seperti dilansir BBC, Ahad (5/2).
Sejumlah pejabat Ukraina juga mengatakan kematian Anaschenko terjadi karena konflik internal antar kelompok oposisi. Perebutan kekuasaan terjadi di wilayah yang akan mereka hendak jadikan sebagai Republik Rakyat Donetsk (DNR) dalam beberapa bulan terakhir.
Baca juga, Rusia Ancam Halangi Semua Kendaraan Ukraina.
Pekan ini, eskalasi kekerasan di timur Ukraina meningkat dengan sejumlah bentrokan. Sebanyak 35 orang tewas dalam kejadian ini. Baik pasukan pemerintah maupun oposisi saling menyalahkan atas situasi yang memburuk tersebut.