REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Apakah Trump percaya Islam adalah sebuah agama? Pertanyaan itu terlontar dalam sebuah wawancara dengan petinggi staf kepresidenan AS, Sebastian Gorka, di sebuah radio pekan lalu.
"Ini bukan diskusi tentang Islam adalah sebuah agama," ujar Sebastian seperti dikutip BBC. "Ini tentang kelompok teroris radikal Islam. Kita harus jujur akan ancaman ini. Kita tak mungkin menghapuskannya seperti halnya pemerintahan Obama."
Namun wartawan radio itu kembali bertanya, apakah Islam adalah sebuah agama? Gorka menjawab dengan diplomatis. "Saya rasa Anda harus menanyakan langsung kepadanya (Trump)," jawabnya. "Namun dapat saya katakan ada kesalahan dalam memahami semuanya dalam 18 bulan terakhir."
Trump dikenal dengan kebijakannya yang dianggap tak menguntungkan buat Muslim. Terakhir Trump melarang imigran maupun warga dari tujuh negara masuk ke AS. Tujuh negara itu mayoritas berpenduduk Islam.
Trump mempertahankan kebijakannya yang bertujuan untuk melindungi warga AS dari serangan teroris. Ia juga berulangkali mengecam Obama dan Hillary Clinton yang dianggap sebagai pendiri ISIS.
Baca juga, Urusan Pengungsi, Australia tak Berutang pada Donald Trump.
Pengamat mengatakan, kebijakan yang terapkan pemerintahan baru ini menunjukkan sikap anti-Islam dalam jantung politik Donald Trump.
"Dari awal hingga akhir pilpres 2016, terungkap bagaimana Islamofobia hidup dan cukup kuat, menggema dalam pertaruhan politik seperti biasa," ujar Profesor dari Universitas Detroit Khaled Beydoun.