REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Direktur CIA, Mike Pompeo, akan melakukan kunjungan luar negeri pertama ke Turki, Kamis (9/2). Dalam kunjungannya ia akan membahas isu keamanan, termasuk masalah Fethullah Gulen yang diduga mendalangi kudeta militer gagal terhadap pemerintah Turki tahun lalu.
Kunjungan Pompeo ini direncanakan dalam percakapan telepon selama 45 menit antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Recep Tayyip Erdogan pada Selasa (7/2).
Para pejabat mengatakan, Pompeo juga akan membahas masalah pejuang Kurdi Suriah, yang dianggap Ankara sebagai kelompok teroris karena afiliasidengan pemberontak Kurdi.
Hubungan Ankara dan Washington sempat bermasalah di bawah pemerintahan Obama, karena AS enggan mengekstradisi Gulen dan menarik dukungan kepada para pejuang Kurdi Suriah.
Pemerintahan Obama menganggap pejuang Kurdi Suriah sebagai kelompok yang paling efektif dalam perang melawan ISIS di Suriah. Para pejabat menambahkan, pembicaraan di telepon itu dilakukan dalam suasana yang baik. Kedua pemimpin menekankan aliansi yang kuat dan perlunya menjalin asama yang erat.
Trump dan Erdogan juga membahas seruan Turki untuk menciptakan zona aman di Suriah, krisis pengungsi, dan perang melawan kelompok-kelompok ekstremis. Trump mengatakan ia berharap dapat mengembangkan hubungan dengan Turki untuk terlibat dalam kerjasama yang erat terkait isu-isu regional.
Erdogan meminta Washington agar mendukung perjuangan Turki melawan gerakan Gulen, bukan mendukung pejuang Kurdi Suriah. Keduanya juga sepakat untuk bekerja sama dalam operasi merebut al-Bab dan Raqqa dari ISIS di Suriah.
Baca juga, Urusan Pengungsi, Australia tak Berutang pada Donald Trump.