REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS Paul Ryan mengatakan, opsi militer harus menjadi bagian dari tekanan dalam menghadapi Korut.
"Membiarkan diktator ini (Kim Jong-un) memiliki kekuatan semacam itu bukanlah hal yang bisa dilakukan oleh negara-negara beradab, " kata Ryan, Rabu, (19/4).
Cina berupaya mengurangi ketegangan di Asia Timur. Namun Korut mungkin tidak terima dan bisa menyerang sekutu dengan senjata nuklir sewaktu-waktu.
Korea Utara dan Selatan secara teknis masih berperang karena konflik 1950-1953. Namun konflik itu hanya berakhir dengan sebuah gencatan senjata, bukan sebuah perjanjian damai.
Pejabat Presiden Korea Selatan, Hwang Kyo-ahn berulang kali meminta kementerian militer dan keamanan untuk meningkatkan kewaspadaan. Ini dilakukan karena aktivitas rudal Korut yang makin meningkat.
Kementerian Pertahanan Korsel mengatakan, angkatan udara AS dan Korsel menggelar latihan tahunan, dengan nama kode Max Thunder sampai 28 April. Korut menilai latihan militer AS dan Korsel merupakan latihan untuk melakukan invasi.