Senin 08 May 2017 18:43 WIB

Kisah Sedih Nelayan Gaza

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Agus Yulianto
Nelayan Gaza akhirnya bisa melaut kembali usai 50 hari serangan militer Israel ke Gaza, Palestina.
Foto: Reuters
Nelayan Gaza akhirnya bisa melaut kembali usai 50 hari serangan militer Israel ke Gaza, Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA CITY -- Pada malam yang berangin 4 Januari, nelayan bernama Muhammad al-Hissi (33 tahun) memiliki naluri bahwa dia tidak akan pulang ke rumah lagi usai memancing mencari ikan. "Saya merasa takut. Jika saya mematikan lampu, tolong segera datang kepada saya dengan cepat. Jangan lupakan aku," kata terakhir Muhammad sebelum sebelum pergi memancing dan tak pernah kembali untuk selamanya.

Sepupu Muhammad Nihad al-Hissi mengatakan, Muhammad merasa tidak nyaman malam itu dan merasa khawatir dengan adanya patroli angkatan laut Israel secara teratur. Dia meminta adik laki-lakinya Wael untuk pindah kapal agar tetap jauh dari perbatasan laut dengan Israel sejauh enam mil.

Di Gaza, memancing adalah bisnis yang berisiko. Pada 2016, terdapat 126 insiden ketika angkatan laut Israel menembaki nelayan Palestina dan kapal mereka. Menurut Pusat Hak Asasi Manusia Palestina (PCHR), sebanyak 12 nelayan terluka tahun itu.

Baik Nihad maupun Wael menjelaskan, selain kasus Muhammad, juga ada tujuh kasus penembakan kapal nelayan Palestina. Sudah umum terjadi penembakan dan penangkapan meski nelayan tetap berada dalam batas enam mil laut yang diberlakukan Israel. Wael setuju untuk pindah di kapal ketiga yang berjarak  enam mil dari perbatasan Israel.

Sedangkan Muhammad berada di kapal kedua dengan jarak lima mil dari batas Israel. Sementara Nihad dan keluarga al-Hissi lainnya berada jarak di empat mil. Mereka berjarak sekitar 200 meter dari perbatasan selatan Israel.

Saat mereka melemparkan jala, ombak mendorong kapal Nihad melintasi daerah perbatasan. Kapal angkatan laut Israel datang dan mulai mengelilingi perahu Muhammad. Saat itu, malam yang berangin dan ombaknya begitu kuat, sehingga mereka berhasil mematikan generator di kapal Nihad akibatnya lampu mati.

Ketika itu terjadi, orang-orang Israel mencurigainya segera. Kapal Israel mulai bergerak dengan cara yang benar-benar gila menuju Muhammad. "Saya sedang berdiri di kapal saya dan tiba-tiba, saya mendengar banyak suara ledakan," kata Nihad seperti dilansir Aljazirah, Ahad, (7/5).

Kapal berkapasitas 60 ton milik angkatan laut Israel, ucap Nihad, menabrak perahu kayu Muhammad dan menghancurkannya seperti batu yang dijatuhkan di atas telur. Nelayan Palestina dan angkatan laut Israel mencari-cari Muhammad selama tiga hari, namun tubuhnya tidak pernah ditemukan. Generator listrik kapal itu mungkin telah memotong-motong tubuhnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement