Rabu 17 May 2017 07:59 WIB

Menteri Yohana: Perempuan Jadi Penjaga Perdamaian

Rep: Kabul Astuti/ Red: Nur Aini
 Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise

REPUBLIKA.CO.ID, AFGHANISTAN – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Susana Yembise, mengungkapkan peran perempuan sebagai penjaga perdamaian dan juru runding dalam upaya mengatasi konflik ketegangan sosial, serta menjadi penengah kelompok-kelompok yang bertikai.

Hal ini dikatakan Yohana saat menghadiri acara Symposium on “the Role and Contribution of Afghanistan Women for Peace” yang menyoroti peran dan kontribusi perempuan Afghanistan bagi perdamaian. Yohana merupakan menteri perempuan Indonesia pertama yang berkunjung ke Afghanistan.

Yohana juga menjelaskan latar belakang demografi, situasi ekonomi, dan budaya Indonesia yang rentan akan ketegangan etnis dan agama yang mengakibatkan adanya kekerasan pada perempuan dan anak. Ia juga menguraikan tantangan yang dihadapi Indonesia dalam menanamkan toleransi, serta mencegah dan mengatasi ketegangan sosial di antara warga negaranya.

“Hal yang telah kami pelajari sejauh ini dari sejumlah aktivis perempuan Indonesia adalah banyak kaum perempuan yang dapat menggunakan soft power secara efektif dalam pengaruh sosial dan tradisional di komunitas mereka melebihi pasangan laki-laki dalam berbagai konflik," kata Yohana Yembise, dalam siaran pers diterima Republika.co.id, Selasa (16/5).

Ia menerangkan, Kemen PPPA telah menerbitkan Rencana Aksi Nasional Pemberdayaan Perempuan dan Anak dalam situasi konflik sosial yang terdiri dari program pencegahan dan perlindungan korban perempuan pada konflik, serta promosi pemberdayaan perempuan dan partisipasi anak dalam menangani konflik sosial.

Yohana berharap simposium ini tidak hanya dapat menunjukkan komitmen yang lebih kuat untuk kerja sama dalam memerangi kekerasan terhadap perempuan dalam situasi konflik, tetapi juga memperkuat jejaring serta mekanisme untuk berbagi pengalaman.

Ke depan, kata Yohana, kunjungan ini diharapkan menjadi momentum untuk meningkatkan program bilateral antara Indonesia dan Afghanistan dalam mempromosikan resolusi konflik sosial melalui pencegahan, perlindungan, dan pemberdayaan perempuan dan anak-anak yang tinggal dalam situasi konflik.

Kunjungan Menteri Yohana ke Afghanistan merupakan tindak lanjut dari kunjungan kenegaraan Presiden Afghanistan, Mohammad Ashraf Ghani pada 5-6 April 2017 sebagai kunjungan kenegaraan pertama dalam sejarah hubungan bilateral semenjak 62 tahun yang lalu.

"Pemberdayaan perempuan di Afghanistan merupakan isu prioritas bagi KBRI Kabul, Pemerintah Afghanistan, Uni Eropa, dan PBB sehingga kehadiran Menteri Yohana sangat berarti bagi hubungan kedua negara,” ujar Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) Indonesia untuk Republik Islam Afghanistan, Arief Rachman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement