REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Dalam peringatan 69 tahun Tragedi Nakbah, Presiden Palestina Mahmoud Abbas menegaskan, bahwa peritiwa tersebut menjadi catatan hitam dalam sejarah Palestina. Selain itu, perjuangan para tahanan akan memberikan semangat bagi rakyat Palestina untuk memperjuangkan kemerdekaan dan kemuliaan mereka.
Hari Nakbah akan menjadi titik tolak perjuangan rakyat Palestina untuk merebut kembali kemerdekaannya dengan menjadikan al-Quds sebagi ibu kotanya, seperti yang tertera dalam perjanjian tahun 1967. Nakbah terjadi tanggal 15 mei 1948 akan tetapi telah direncanakan jauh hari sebelum tanggal tersebut.
Tragedi Nakbah ini terjadi sejak dikeluarkannya keputusan pembagian negara-negara arab antara Inggris dan Prancis pada perjajian sykes picot yang saat itu pemerintah Inggris mengumumkan deklarasi balfour yang terkenal dan dengan menyerahkan Palestina ke tangan orang Yahudi dengan dalih “rakyat tanpa tanah dan tanah tanpa rakyat”.
Saat itu, warga Palestina diusir dari tanah-tanah milik mereka ke beberapa negara tetangga dan sebagianya mengungsi ke Tepi Barat dan jalur Gaza dimana dua wilayah Palestina tersebut yang belum berhasil dijajah meskipun pada 5 juni tahun 1967 kedua wilayah tersebut berhasil dijajah secara keseluruhan serta dijajahnya beberapa wilayah arab lainnya seperti dataran tinggi Golan di Suriah dan sinai di Mesir.
"Kami telah berhasil membebaskan jalur Gaza dari penjajahan dan insya Allah kita akan membebaskan sisa tanah Palestina yang masih di jajah sehingga warga Palestina bisa kembali ke tanah air mereka," katanya.
Karena itu, Presiden Mahmoud Abbas mendukung penuh perjuangan tahanan Palestina yang melakukan aksi mogok makan. Ini adalah perjuangan mempertahankan harga diri dan kehormatan rakyat Palestina. Pemerintah Palestina terus berusaha untuk membebaskan tahanan agar kembali bertemu dengan keluarganya dan merasakan kebebasan yang sejati.
Aksi mogok makan merupakan cara yang paling efektif untuk menekan Israel agar tuntutan para tahanan bisa didengar oleh dunia internasional. Israel telah melanggar HAM, namun banyak bangsa lain yang diam dan tidak bergerak.