Ahad 21 May 2017 05:28 WIB

Dukungan Luas untuk Kebijakan Antirokok Presiden Filipina

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Andri Saubani
Presiden Filipina Rodrigo Duterte.
Foto: Wu Hong/Pool Photo via AP
Presiden Filipina Rodrigo Duterte.

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA – Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, mengesahkan kebijakan pelarangan rokok sejak pekan ini. Seperti dilansir Independent, Sabtu (20/5), aturan tersebut mendapatkan dukungan luas bukan hanya aktivis antirokok, melainkan juga kalangan industri rokok di Filipina.

Kelompok lobi industri rokok Filipina, the Philippine Tobacco Institute (PTI), mendukungnya karena mengakui alasan-alasan objektif terkait perlindungan kesehatan umum di ruang publik. PTI terdiri atas perusahaan-perusahaan rokok ternama, seperti Philip Morris Philippines Manufacturing, Fortune Tobacco, British American Tobacco (BAT), dan JT International (Filipina).

“Kami selalu mendukung regulasi terkait merokok di ruang publik, sebagaimana yang telah disediakan oleh aturan hukum nasional. Termasuk dalam hal perancangan area bebas merokok,” demikian petikan keterangan resmi PTI, seperti dikutip Independent, Sabtu (20/5).

Sejak munculnya aturan tersebut, dampaknya mulai terasa bagi perusahaan-perusahaan rokok. LT Group, misalnya, sebagai salah satu produsen rokok terbesar di Filipina. Saham LT Group anjlok 4,4 persen beberapa hari setelah berita pengesahan kebijakan tersebut.

“Ini merupakan kemenangan untuk kita. Aturan ini menegaskan perlindungan terhadap orang dari dampak buruk akibat terpapar rokok, yakni menjadi perokok pasif,” kata aktivis antirokok Filipina, Maricar Limpin, seperti dikutip Independent, Sabtu (20/5).

Aturan ini akan mulai berlaku efektif 60 hari sejak pengumuman resminya. Nantinya, aktivitas merokok akan dilarang sepenuhnya di ruang-ruang publik, seperti sekolah, stasiun pengisian bahan bakar, rumah sakit, atau rumah-rumah makan. Aturan tersebut juga menyertakan kriteria yang semakin ketat mengenai pembangunan ruangan khusus merokok di fasilitas-fasilitas umum.

Pelarangan juga akan mengenai penjualan, distribusi, dan pembelian produk-produk tembakau dari dan kepada anak-anak di bawah umur. Selain itu, aturan ini juga akan semakin mengetatkan iklan dan promosi rokok.

Menurut menteri kesehatan Filipina, Paulyn Rosell-Ubial, aturan ini akan berdampak positif bagi rakyat. Sebab, mereka akan dikondisikan untuk berhenti merokok. Rossel-Ubial bahkan mengklaim, dalam periode 2010 sampai 2015, ada satu juta orang Filipina yang berhenti merokok.

“Menjelang tahun 2020, yakni ketika kita mengadakan survei selanjutnya, kami berharap pengurangan yang lebih signifikan lagi angka prevelensi perokok di Filipina,” ujar Paulyn Rosell-Ubial kepada CNN Filipina, seperti dikutip Independent, Sabtu (20/5).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement