REPUBLIKA.CO.ID, OTTAWA -- Pemerintah Kanada mengonfirmasi bahwa seorang warga negaranya menjadi korban serangan teror di Jembatan London, Inggris, Sabtu (3/6) malam. PM Kanada Justin Trudeau menyatakan negaranya mengecam keras serangan yang menewaskan dan melukai banyak orang tersebut.
"Hati saya patah karena seorang warga Kanada termasuk di antara mereka yang terbunuh. Kami berduka untuk keluarga dan teman-teman yang kehilangan orang yang dicintai, berharap semua yang terluka segera pulih," ucap Trudeau dalam sebuah pernyataan resmi.
Politikus 45 tahun itu mengaku terguncang mendapat kabar tersebut, setelah serangan di Manchester dan di daerah Westminster, London, yang belum lama terjadi. Namun, Trudeau yakin warga London dan orang-orang di seluruh Inggris selalu menunjukkan kekuatan dan ketahanan dalam menghadapi kesulitan.
Trudeau mengatakan, tindakan kebencian tersebut tidak akan menakuti dan menimbulkan teror berkepanjangan, namun justru memperkuat tekad seluruh pihak. Ia memastikan Kanada berdiri bersama Inggris dan negara-negara sekutu untuk memerangi terorisme dan membawa pelaku ke pengadilan.
"Pemerintah Kanada tidak akan berkomentar lebih jauh saat ini untuk menghormati keluarga korban," ungkap Trudeau, menyudahi pernyataan simpatiknya tentang insiden terorisme ketiga yang melanda Inggris dalam waktu kurang dari tiga bulan itu.
Serangan di London Bridge and Borough Market tersebut menyebabkan sedikitnya tujuh orang tewas dan hampir 50 lainnya terluka. Tiga penyerang telah ditembak mati oleh aparat kepolisian yang tanggap menangani kasus agresi mengejutkan itu.
Kejadian bermula dengan sebuah van putih yang melaju kencang, menabrak kerumunan orang di jembatan sekitar beberapa menit setelah pukul 10 malam. Ketiga pria dalam mobil kemudian keluar dan menikam warga secara acak menggunakan pisau berukuran 12 inchi, dilansir dari laman Telegraph.