Selasa 06 Jun 2017 16:40 WIB

Tentara Filipina Kaji Opsi Mengebom Masjid Marawi

Pasukan pemerintah melintasi masjid di Marawi City, Filipina Selatan.
Foto: Romeo Ranoco/Reuters
Pasukan pemerintah melintasi masjid di Marawi City, Filipina Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Pasukan Bersenjata Filipina (AFP) mengatakan pilihan untuk mengebom masjid-masjid dan tempat beribadah di Kota Marawi masih dikaji.

Juru bicara AFP Brigadir Jenderal Restituto Padilla mengatakan militer tetap khawatir tentang pengeboman tempat ibadah untuk mengusir teroris meski ada ketentuan hukum internasional yang memungkinkan tindakan semacam itu. Namun, dia mengatakan militer masih mempelajari langkah ini.

"Ada ketentuan yang mengizinkan kami mengambil tindakan terhadap mereka (militan)," katanya, dilansir ABC CBN News, Selasa (6/6).

Padilla kemungkinan besar mengacu pada Konvensi Den Haag untuk Perlindungan Properti Budaya dalam Peristiwa Konflik Bersenjata, yang menyerukan pihak berkonflik mencegah penghancuran kekayaan budaya.

Ketentuan dalam perjanjian ini, bagaimanapun, dapat diabaikan jika militer menganggap perlu.

Padilla mengatakan pasukan pemerintah telah mengisolasi musuh tersebut hingga kurang dari 10 persen kota. Membersihkan daerah konflik telah terbukti menjadi tugas yang sulit karena para teroris menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia dan berlindung di masjid.

"Wilayahnya telah terkepung. Pasukan kami di darat mengendalikan siapa saja yang masuk dan keluar, dan kami telah menempatkan kantong perlawanan ini ke area tertentu," katanya.

"Kami telah melakukan semua yang terbaik dan kami telah beroperasi 24/7. Operasi ini akan berlanjut pada fase itu, kami tidak akan mengubahnya Tapi lagi-lagi, komplikasi telah terjadi. Yang kami maksud adalah penggunaan terus-menerus warga sipil sebagai sandera potensial, penggunaan tempat ibadah dan faktor-faktor lain yang mempersulit pertempuran karena medan perkotaannya," ujarnya.

Padilla menggemakan pernyataan Duterte sebelumnya bahwa pasukan pemerintah memiliki sarana menggempur habis-habisan melawan militan. Namun kehadiran warga sipil yang terjebak di daerah konflik mencegah mereka melakukan operasi intensif

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement