Rabu 07 Jun 2017 08:47 WIB

Boikot Qatar Gara-Gara Berita Palsu?

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Hoax. Ilustrasi
Foto: Indianatimes
Hoax. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Pemerintah Qatar dilaporkan telah menjalin kerja sama dengan biro investigasi federal Amerika Serikat (AS) FBI serta Badan Kejahatan Nasional Inggris terkait peretasan dan penanaman berita palsu di kantor berita mereka. Belakangan, berita yang dipublikasikan kantor berita Qatar menyebabkan hubungan diplomatik mereka dengan beberapa negara Arab menjadi retak.

Dilaporkan laman The Guardian, pejabat intelijen AS meyakini peretas Rusia menjadi dalang di balik peretasan kantor berita Qatar. Mereka menanamkan berita palsu yang mendorong beberapa negara Arab, seperti Mesir dan Arab Saudi memutuskan hubungan dengan Qatar.

Pemerintah Qatar mengatakan laporan berita palsu yang diduga diretas Rusia terpublikasi pada 23 Mei. Berita tersebut menyampaikan ucapan yang salah kepada penguasa emirat yang tampil bersahabat dengan Israel dan Iran. Arab Saudi, Mesir, Bahrain, dan Uni Emirat Arab kemudian mengutip berita palsu tersebut untuk melegitimasi blokade diplomatik dan ekonomi kepada Qatar.

Pada akhir Mei, pakar dari FBI telah mengunjungi Qatar untuk meneliti dan menganalisis dugaan pelanggaran siber tersebut. FBI juga menyelidiki apakah benar peretas menanamkan berita palsu di kantor berita Qatar.

Setelah dilakukan penyelidikan, Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani mengungkapkan FBI telah mengonfirmasi adanya tindak peretasan dan penanaman berita palsu di kantor berita Qatar. "Apa pun yang telah dilontarkan sebagai tuduhan adalah semua berdasarkan kesalahan informasi dan kami berpikir keseluruhan krisis didasarkan pada informasi yang keliru," ucapnya.

Hal tersebut telah dikonfirmasi FBI. "Ini dimulai berdasarkan berita palsu, terjepit, dan disisipkan ke dalam kantor berita nasional kami yang telah diretas dan dibuktikan oleh FBI," ujar Abdulrahman al-Thani.

Pada Senin (5/6), Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab, dan Bahrain, memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar dan menutup akses darat, laut, serta udara dengan negara tersebut. Mereka menuding Qatar memiliki kelompok-kelompok ekstremis dan menuduhnya menyokong kelompok teroris. Qatar dengan keras telah membantah tudingan tersebut.

Baca: Erdogan Menolak Sanksi Saudi Terhadap Qatar

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement