REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat Donald Trump menghubungi Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani dan Putra Mahkota UEA Mohamed bin Zayed Al Nahyan untuk menenangkan situasi. Ia bahkan menawarkan untuk mengadakan pertemuan dengan para pemimpin negara Teluk Arab di Gedung Putih.
“Pertama dan yang terpenting, para pemimpin sepakat mengenai pentingnya menerapkan kesepakatan yang dicapai Riyadh untuk melawan ekstremisme dan untuk memerangi pendanaan kelompok teroris,” tulis pernyataan Gedung Putih yang mengutip pembicaraan antara Trump dan Nahyan, seperti dikutip Aljazirah, Kamis (8/6).
Dalam pernyataan dari Gedung Putih tersebut juga dijelaskan bahwa Trump menekankan pentingnya menjaga persatuan Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) sebagai upaya stabilitas regional.
Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir mengatakan bahwa negara-negara Teluk dapat menyelesaikan perundingan dengan Qatar tanpa bantuan dari luar. “Kami belum meminta mediasi, kami yakin masalah ini bisa ditangani di antara negara-negara Dewan Kerja Sama Teluk,” katanya dalam sebuah konferensi pers di Berlin, Jerman.
Jubeir juga menolak untuk mengkonfirmasi daftar 10 tuntutan yang diterbitkaan oleh Aljazirah, termasuk penutupan saluran berita di Doha. Namun menurutnya Qatar tahu apa yang perlu dilakukan untuk memulihkan hubungannya dengan negarra-negara Teluk.