Sabtu 10 Jun 2017 12:34 WIB

Pengamat: Saudi Boikot Qatar Usai Ada Restu Trump

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Teguh Firmansyah
Donald Trump
Foto: AP
Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dosen Politik Timur Tengah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Ali Munhanif menyatakan Arab Saudi tidak akan 'memukul; Qatar lebih dulu tanpa adanya dorongan yang diberikan Amerika Serikat (AS). Dorongan ini melalui kunjungan Presiden AS Donald Trump ke Saudi beberapa waktu lalu.

"Saudi tidak akan melakukan (tekanan ke Qatar) ini kalau saja tidak mendapat justifikasi dari Trump ketika kunjungan kemarin itu. Ada sinyal memang negara Timur Tengah akan mengerjai Qatar," kata dia dalam diskusi soal keadaan yang terjadi di Timur Tengah saat ini, di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (10/6).

Namun, upaya mengerjai Qatar tersebut belum dilakukan sampai pada momen yang tepat yakni ketika Donald Trump terpilih. Puncaknya pada saat Trump berkunjung ke Saudi. Menurut Ali, kunjungan Trump ke Saudi belum lama ini menjadi tanda akan ada sesuatu yang diletupkan kepada Qatar.

"Kapan momentumnya? Sampai terpilihnya Trump dan kunjungan di Timur Tengah kemarin menjadi tanda bahwa deal ekonomi dan deal dengan Amerika untuk melakukan sesuatu kepada Qatar," kata dia.

Menurut Pengamat Timur Tengah dari LIPI, Hamdan Basyar, kerja sama yang dijalin Saudi dan Amerika jelas menunjukan ada bayang-bayang Amerika di balik Saudi. Sehingga, pengaruh negeri Paman Sam terhadap Saudi pun tak bisa dielakkan.

"Yang untung juga Amerika, apalagi kemarin saat Trump datang ke Riyadh (di Saudi) itu sudah ada komitmen 100 miliar (dolar AS), ini artinya Saudi juga ada keterpengaruhan Amerika. Jadi hegemoni Amerika di negara-negara teluk itu masih ada," ucap dia.

Baca juga,  Empat Negara Ini Putuskan Hubungan dengan Qatar, Mengapa?

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement