Selasa 13 Jun 2017 10:46 WIB

Jurnalis Senior Palestina: Blokade Qatar akan Gagal

Rep: Puti Almas/ Red: Teguh Firmansyah
Warga Qatar menikmati berjalan-jalan di pinggir laut di Doha.
Foto: AP Photo/Kamran Jebreili
Warga Qatar menikmati berjalan-jalan di pinggir laut di Doha.

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Seorang wartawan senior asal Palestina, Wadah Khanfar mengatakan blokade yang dilakukan sejumlah negara Teluk terhadap Qatar akan gagal. Qatar dinilai tetap stabil, khususnya dalam menjaga perekonomian mereka.

Arab Saudi, Mesir, Bahrain, dan Uni Emirat Arab (UEA)  memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar pada Senin (5/6) lalu. Kemudian tiga negara lain, yaitu Yaman, Maladewa, dan Libya mengikuti langkah serupa.

Qatar telah dituding merusak dan memperburuk masalah regional Timur Tengah dengan menjadi pendukung kelompok teroris, termasuk Ikhwanul Muslimin. Negara itu juga disebut mendanai, merangkul terorisme, ektremisme, serta organisasi sektarian yang dianggap berbahaya untuk keamanan kawasan tersebut.

Dengan pemutusan hubungan diplomatik, Arab Saudi saat ini telah menutup perbatasan antara negara itu dan Qatar. Jalur transportasi melalui darat, laut dan udara juga seluruhnya diblokade.

Selama ini, Qatar menjadi salah satu negara yang bergantung pada makanan impor. Tercatat pada 2015 lalu, impor senilai hingga 1 triliun dolar AS dilakukan oleh Qatar dari Arab Saudi dan UEA.

Baca juga,  Empat Negara Ini Putuskan Hubungan dengan Qatar, Mengapa?

Karena itu, dengan keputusan blokade, distribusi makanan bagi warga Qatar dikhawatirkan dapat terhenti. Beberapa saat setelah pemutusan hubungan diplomatik tersebut, banyak warga Qatar yang dilaporkan langsung berbelanja dalam jumlah besar untuk memasok makanan.

"Negara-negara yang melakukan boikot berpikir bahwa Qatar akan merasa terintimidasi dan menyerah segera, namun tidak demikian yang terjadi karena solidaritas mereka," ujar Khanfar, Senin (12/6).

Khanfar menuturkan solidaritas antara pemerintah dan warga di Qatar membuat blokade yang dilakukan tidak berdampak negatif. Termasuk dalam upaya memenuhi kebutuhan dasar, yang dikhawatirkan sangat sulit setelah pemutusan hubungan diplomatik dari negara Teluk terjadi.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Qatar Syeikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani mengatakan bahwa negara tidak akan menyerah pada tekanan melalui blokade yang dilakukan. Ia menekankan tak akan ada kebijakan luar negeri yang diubah untuk menyelesaikan konflik terbaru di Timur Tengah itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement