Di bidang politik, Mohammed bin Salman mempunyai pengalaman sebagai penasihat penuh bagi dewan menteri selama dua tahun sejak 2007. Pada 2009, ia menjadi penasihat ayahnya Raja Salman yang saat itu masih menjabat Gubernur Riyadh.
Ia pernah menjadi ahli komisi kabinet Saudi dan sebagai konsultan paruh waktu sampai Maret 2013. Mohammed bin Salman ditunjuk sebagai Menteri Pertahanan pada 23 Januari 2015. Pada tahun yang sama ia menjadi wakil putra mahkota.
Salah satu gerakan Mohammed bin Salman yang paling berkesan saat jadi menteri pertahanan adalah memimpin operasi Decisive Storm di Yaman. Hanya dua bulan usia ia ditunjuk. Operasi itu dilakukan untuk memerangi pemberontak Houthi di Yaman yang didukung Iran.
Dengan Mohammed bin Salman menjadi putra mahkota, kebijakan luar negeri Saudi sepertinya akan menjadi lebih agresif. Saudi akan berupaya keras menghancurkan pengaruh Iran di wilayah Timur Tengah.
Pada April 2016, ia memperkenalkan Visi 2030. Ini merupakan visi Saudi pada masa depan yang bertujuan menjadikan Kerajaan Arab Saudi sebagai pusat Arab dan Islam di dunia. Saudi juga ingin menjadi pusat investasi pembangkit listrik dan pusat wilayah yang menghubungkan tiga benua.
Ia juga membuat inisiatif reformasi berupaya mencari sumber ekonomi baru dan privatisasi ekonomi yang tak tergantung pada minyak bumi. Pada 2030, inisiatif bertujuan untuk membangun sistem e-government.