REPUBLIKA.CO.ID, QATAR -- Tak lama seelah Arab Saudi menutup satu-satunya perbatasan Qatar pada awal Juni karena perselisihan diplomatik antara negara-negara teluk, penduduk di Ibu kota Qatar membanjiri supermaret untuk mencari persediaan makanan.
Banyak penduduk yang menimbun produk dari Almarai, perusahaan susu yang berbasis di Arab Saudi, karena takut terimplikasi blokade untuk sebuah negara gersang yang mengimpor 80 persen makanannya.
Tetapi negara-negara seperti Turki dan Iran dapat melangkah masuk untuk memastikan toko bahan makanan Qatar tetap penuh. Dan kini banyak penduduk yang tidak mengonsumsi susu dari negara tetangga Dewan Koordinasi Teluk (GCC) yang memblokade mereka.
"Orang-orang semua menanyakan dari mana produk itu berasal. Jika saya mengatakannya kepada mereka Saudi atau Dubai, mereka tidak mau," kata Ranjit Kumar Pulami, seorang petugas penjualan di toko bahan makanan Al Meera di Doha.
Salah satu pembeli, Fasad Jasim Al Tamemi mengaku tidak membeli produk-produk dari negara-negara tersebut. "Saya tidak membeli produk tersebut," kata dia.
Baca juga, Erodgan Ikut Mediasi Konflik Qatar dan Saudi.
Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab (UEA) dan Mesir memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar pada 5 Juni dengan menuduh Doha mendukung "ekstremisme" dan bergeser terlalu dekat dengan Iran. Di sisi lain, tuduhan tersebut telah berkali-kali ditampik Qatar.
Di supermarket, produk Almarai berada di tumpukan berlabel tanda diskon dalam upaya menarik pembeli. Adapaun warga yang telah membelinya pada hari-hari awal blokade sekarang menyesali tindakannya. Salah satu warga Qatar, Hessa (22) mengaku mendatangi orang-orang yang memberikan susu Turki, meski rasanya sedikit aneh.
Hessa dan keluarganya yang sebelumnya telah menyimpan cadangan susu buatan Arab Saudi mengaku telah membuang seluruh susu mereka punya. "Jujur saja, rasanya aneh (Susu Turki) tapi kita masih mengatakan, 'Kami menyukainya! Susu Turki sangat bagus! Kami tidak membutuhkan produk Saudi!," kata Hessa.
Hubungan antara negara-negara GCC diperkirakan tidak mengalami perubahan. Rasa nasionalisme yang ditampilkan oleh penduduk Qatar berakhir dengan perut. "Ini benar-benar satu-satunya cara untuk menunjukkan bahwa kami membalasnya," kata Hessa.
Dia mengatakaan, tidak ada lagi yang dapat dilakukan selain menghindari produk Arab Saudi dan mulai membiasakan diri mengonsumsi produk Turki.
Sementara itu, simbol protes juga dilakukan Muhammad (24). Dia mendiamkan botol susu stroberi selama tiga minggu di kulkas tanpa menyentuhnya. Dia mengatakan, sebelumnya ibunya tergoda untuk membeli susu Almarai (produk Arab Saudi) karena diskon yang tinggi. "Tapi kemudian adikku menatapnya jijik," kata Muhammad.
Qatar tetap konsisten dengan keputusan untuk tidak melakukan tindakan pembalasan terhadap negara-negara Arab. Sementara itu, Qatar Media Corporation merilis sebuah iklan yang menggambarkan seorang wanita Qatar membeli susu Arab Saudi dengan kata-kata yang mengecilkan perilaku memboikot.
Dalam sebuah wawancara di saluran berita Al Arabiya milik Saudi, seorang analis politik mengatakan Qatar akan "menyerah" karena ketidakmampuan warga untuk menyesuaikan diri dengan makanan Turki dan Iran.
Wawancara tersebut memancing citra yang banyak tersebar di media sosial yang digambarkan oleh pria Qatar yang menjilati susu di kumisnya, dengan tulisan dalam bahasa arab yang artinya, "Sudah dikatakan bahwa perut Qatar tidak bisa menangani susu Turki. Apa yang Anda katakan?"
Shayma Alkeilani, pelajar Suriah yang sedang berbelanja di toko makanan Al Meera di Doha mengatakan menghindari produk buatan Arab Saudi, Dubai dan Mesir. "Mereka tidak menarik minat saya lagi. Melihat apa yang mereka katakan dan lakukan, anda akan merasa lebih buruk jika anda membelinya dari mereka," kata dia.