REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat pada Minggu mencabut larangan laptop atau komputer jinjing di kabin pada penerbangan dari Abu Dhabi ke Amerika Serikat karena maskapai Etihad Airways dari Uni Emirat Arab telah menerapkan langkah-langkah keamanan yang lebih ketat.
Etihad menyambut baik keputusan tersebut dan mengapresiasi fasilitas di Bandar Udara Internasional Abu Dhabi tempat penumpang memenuhi persyaratan imigrasi Amerika Serikat sebelum mereka mendarat di Amerika Serikat untuk mendapatkan "keuntungan keamanan superior" yang memungkinkannya memenuhi persyaratan Amerika Serikat.
Pejabat TSA secara visual memverifikasi bahwa upaya-upaya telah dilakukan dengan benar, menurut Departemen Keamanan Dalam Negeri. Etihad adalah satu-satunya maskapai yang mengoperasikan penerbangan langsung dari Abu Dhabi ke Amerika Serikat.
Pada bulan Maret, Amerika Serikat melarang laptop di kabin penerbangan ke Amerika Serikat yang berasal dari 10 bandara di delapan kota di negara - Mesir, Maroko, Jordania, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Kuwait, Qatar dan Turki untuk mengatasi kekhawatiran bom bisa disembunyikan di perangkat elektronik yang dibawa ke kabin pesawat terbang. Inggris dengan cepat mengikutinya dengan langkah pembatasan serupa.
Pekan lalu, Amerika Serikat mengumumkan langkah-langkah keamanan penerbangan ke negara yang dirancang untuk mencegah perluasan larangan ke lebih banyak negara yang bisa menyebabkan masalah logistik besar dan menghalangi perjalanan.
Juru bicara DHS David Lapan mengatakan dalam sebuah pernyataan yang diberikan kepada Reuters bahwa upaya Ethiad untuk menerapkan langkah-langkah keamanan ekstra tersebut merupakan model bagi maskapai asing dan domestik.
Bandara lain dan maskapai penerbangan di kawasan ini, seperti Emirates Airlines dan Qatar Airlines, tetap di bawah pembatasan, dia mengatakan. "Kami berharap dapat bekerja sama dengan maskapai lain untuk memastikan penerapan langkah-langkah kritis ini secepat mungkin," kata Lapan.
Etihad mengoperasikan 45 penerbangan seminggu antara Abu Dhabi dan Amerika Serikat, kata perusahaan itu. Emirates yang berbasis di Dubai, maskapai penerbangan internasional dengan lalu lintas penumpang terbesar dan pesaingan Etihad, mengatakan pada bulan April jika maskapai itu memotong penerbangan di lima rute Amerika Serikat karena berkurangnya permintaan, setelah larangan bepergian yang diberlakukan oleh Presiden Donald Trump dan larangan membawa komputer jinjing ke kabin.
Sementara itu larangan sementara untuk memasuki Amerika Serikat, yang digariskan Presiden Donald Trump terhadap warga enam negara berpenduduk mayoritas Muslim dan seluruh pengungsi, akhirnya akan diterapkan.