Jumat 07 Jul 2017 16:24 WIB

AS Kian Khawatir Sengketa Qatar Berakhir Buntu

Sejumlah anak Palestina memegang balon berwarna bendera Qatar sambil menunggu konvoi Emir Qatar Sheikh Hamad bin Khalifa al-Thani yang akan melewati jalan di Kota Gaza, Palestina.  (Hatem Moussa/AP)
Sejumlah anak Palestina memegang balon berwarna bendera Qatar sambil menunggu konvoi Emir Qatar Sheikh Hamad bin Khalifa al-Thani yang akan melewati jalan di Kota Gaza, Palestina. (Hatem Moussa/AP)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Departemen Luar Negeri AS pada Kamis (6/7) menyatakan Amerika Serikat makin khawatir sengketa antara Qatar dan negara lain Timur Tengah menjadi kebuntuan.

"Kami tetap sangat khawatir mengenai situasi yang berlangsung dan melibatkan Qatar serta negara GCC (Dewan Kerja Sama Teluk)," kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Heather Nauert dalam satu taklimat.

"Kami menjadi makin prihatin sengketa ini menjadi kebuntuan pada saat ini. Kami percaya ini berpotensi berlarut selama beberapa pekan, itu dapat berlarut selama berbulan-bulan. Itu bahkan mungkin dapat meningkat," kata Nauert.

Baca: Patriotisme Muda-mudi Qatar Tumbuh di Tengah Ketegangan

Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar pada 5 Juni dan memberlakukan langkah hukuman. Mereka menuduh Qatar mendukung aksi teror dan mencampuri urusan dalam negeri mereka.

Keempat negara Arab tersebut kemudikan mengeluarkan daftar 13 tuntutan guna mengakhiri percekcokan dengan Qatar, termasuk penutupan stasiun televisi Aljazirah serta pemutusan hubungan diplomatik dengan Iran.

Namun, ketika berbicara dalam satu taklimat setelah pertemuan dengan timpalannya dari Arab Saudi, Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry pada Rabu (5/7) mengatakan reaksi Qatar terhadap tuntutan Mesir dan negara lain Teluk itu sangat negatif.

Baca: Respons Qatar Ini Buat Empat Negara Arab Murka

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement