Kamis 13 Jul 2017 07:10 WIB

Banyak Prajurit Turki Tiba di Pangkalan Militer Qatar

Militer Turki disiagakan.
Foto: Reuters
Militer Turki disiagakan.

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Qatar mengatakan pada Selasa (11/7) lebih banyak prajurit Turki tiba di sebuah pangkalan militer di Doha setelah Ankara mempercepat Undang-Undang bulan lalu untuk mengirimkan lebih banyak tentara ke negara itu.

Pelatihan telah berlangsung sejak 19 Juni. Pangkalan di Qatar menampung tentara Turki di bawah sebuah kesepakatan yang ditandatangani pada 2014. Ankara telah mendukung Qatar setelah Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab dan Bahrain, memutuskan semua hubungan ekonomi dan diplomatik bulan ini, menuduh Doha mendukung terorisme, tuduhan yang dibantahnya.

"Kerja sama pertahanan antara Doha dan Ankara ini merupakan bagian dari vsi pertahanan bersama mereka untuk mendukung upaya anti terorisme dan menjaga keamanan dan stabilitas di wilayah ini, " menurut sebuah pernyataan Angkatan Bersenjata Qatar.

Pernyataan tersebut tidak memberikan jumlah prajurit Turki di pangkalan itu atau berapa banyak yang baru saja bergabung untuk mendukung penyebaran.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani menuding negara-negara tetangganya melakukan agresi yang tampak jelas terhadap negaranya. Sementara negara-negara tetangganya bertemu di Kairo untuk mengambil langkah-langkah lebih lanjut terhadap sebuah negara yang mereka tuduh mendukung terorisme di kawasan itu.

Menlu Sheikh Mohammed mengatakan tuduhan-tuduhan yang disebut oleh Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab dan Mesir dengan memutus hubungan diplomatik dan transpor sebulan lalu "jelas dirancang untuk menciptakan sentimen anti-Qatar di barat".

Pertikaian antara Qatar dan negara-negara tetangganya di Teluk telah memunculkan kecemasan di antara para sekutu Barat yang melihat dinasti-dinasti yang berkuasa di kawasan itu sebagai mitra dalam bidang energi dan pertahanan. Qatar telah menanam modal dalam jumlah besar dalam proyek-proyek infrastruktur dan tetap memelihara kerja sama diplomatik erat dengan Amerika Serikat atas konflik di Suriah.

Sementara menlu itu berbicara, para menteri luar negeri keempat negara itu bertemu di Kairo untuk mempertimbangkan tanggapan Qatar atas 13 tuntutan yang mereka telah buat sebagai reaksi atas penghentian sanksi-sanksi. Negara-negara Arab itu menuntut Qatar mencabut dukungannya bagi Ikhwanul Muslimin, menutup saluran TV Aljazirah, menutup sebuah pangkalan militer di Turki dan menurunkan tingkat hubungannya dengan Iran yang merupakan pesaing di kawasan itu.

Menlu Qatar berpendapat sedikit harapan untuk dengan cepat mencapai rekonsiliasi dan negaranya menyiapkan suatu langkah jika pertikaian itu berlanjut. Ia memandang ke depan atas pertandingan Piala Dunia sepak bola yang Qatar tidak menjadi tuan rumah hingga 2022.

"Bahkan jika blokade itu dicabut, kami hanya bergantung pada diri sendiri dan menjamin kami menyelenggarakan Piala Dunia yang menarik bagi dunia," kata Mohammed.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement