REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Korea Utara (Korut) kembali melakukan uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) pada Jumat (28/7). Korut mengklaim, rudal tersebut telah mampu menjangkau seluruh wilayah daratan Amerika Serikat (AS).
Menanggapi hal tersebut, Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson, pada Sabtu (29/7), mengatakan peluncuran rudal terbaru Korut kembali menegaskan bahwa negara pimpinan Kim Jong-un telah menerabas resolusi Dewan Keamanan PBB. Ia menilai, Cina dan Rusia bertanggung jawab atas keberhasilan Korut menguji rudalnya.
"Sebagai pelaksana ekonomi utama program nuklir Korut dan program pengembangan rudal balistik, Cina dan Rusia memiliki tanggung jawab unik dan khusus atas ancaman stabilitas regional dan global," ujar Tillerson seperti dilaporkan laman the Guardian.
Komentar Tillerson diyakini akan memantik kemarahan Beijing dan Moskow. Awal bulan ini, Cina telah menolak klaim Presiden AS Donald Trump bahwa negaranya memiliki tanggung jawab untuk mengendalikan program rudal nuklir Korut.
"Saya pikir ini menunjukkan kurangnya pengetahuan yang benar dan lengkap mengenai masalah ini atau ada motif tersembunyi untuk itu yang mencoba mengalihkan tanggung jawab," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Geng Shuang.
Kendati demikian, Cina telah merespons uji coba rudal yang baru saja dilakukan Korut. Mereka meminta Pyongyang untuk menghormati resolusi Dewan Keamanan PBB dan menghentikan semua tindakan yang dapat memperkeruh situasi di Semenanjung Korea.
Cina juga mendesak agar semua pihak terkait menahan diri dan bertindak hati-hati. Tujuannya agar ketegangan dan konfrontasi dapat dihindari.
Setelah menguji rudal terbarunya, Korut juga segera mengirimkan ancaman kepada AS. "Jika orang-orang Yankee mengayunkan tongkat nuklir di tanah ini lagi, meskipun ada peringatan berulang kali, kami jelas akan mengajarkan mereka sopan santun," kata Korut seperti dilaporkan media pemerintahannya KCNA.