REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Serangan bom bunuh diri mengenai konvoi militer di Ibu Kota Kabul, Afghanistan, Kamis (3/8). Seorang tentara dari NATO dilaporkan tewas dalam kejadian ini dan enam lainnya terluka.
Diantara mereka yang terluka adalah lima tentara dan seorang penerjemah yang bersama dengan pasukan. Serangan bom tepatnya terjadi di sekitar distrik Qarabagh, Kabul.
Dari laporan media lokal, terdapat tiga warga sipil yang juga tewas dalam kejadian ini. Dalam beberapa pekan terakhir, serangkaian serangan bom bunuh diri kembali melanda Kabul.
Pada Selasa (1/8) lalu, serangan bom bunuh diri terjadi di masjid di Herat, kota wilayah barat Afghanistan. Sedikitnya 30 orang tewas dan 60 lainnya terluka dalam insiden ini.
Masjid yang diserang diketahui merupakan tempat beribadah umat Muslim Syiah. Kebanyakan korban yang terkena ledakan bom adalah mereka yang sedang menunanaikan ibadah sholat Isya. Saat itu, di dalam masjid terdapat setidaknya 300 jamaah.
Belum diketahui pelaku yang berada di balik serangan masjid tersebut. Taliban yang selama ini banyak mengklaim berada di balik serangan bom di Afghanistan membantah keterlibatan dalam insiden tersebut.
Sebelumnya serangan bom bunuh diri terjadi di sekitar Kedutaan Besar Irak pada 31 Juli. Serangan dilanjutkan dengan baku tembak pelaku dan pasukan keamanan di lokasi insiden.
Kondisi keamanan di Kabul secara signifikan memburuk mulai pada 2016. Sejumlah serangan sebelumnya diklaim dilakukan oleh Taliban, yang mengatakan terus berupaya melanjutkan perlawanan terhadap Pemerintah Afghanistan.
Pergerakan Taliban juga semakin berlanjut sejak pasukan koalisi internasional menarik diri dari negara itu pada 2014 lalu.Sejumlah ledakan terjadi di Kabul, termasuk di yang terbaru sebelumnya di Kedutaan Besar Jerman pada akhir Mei lalu. Setidaknya 90 orang tewas dalam kejadian itu.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
