Senin 29 Jul 2019 14:06 WIB

Kantor Calon Wapres Afghanistan Dibom, 20 Orang Meninggal

Situasi di Afghanistan masih rentan dan tidak stabil.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Serangan bom di Afghanistan (ilustrasi).
Foto: Reuters
Serangan bom di Afghanistan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL – Insiden bom diri dan baku tembak terjadi di kantor calon wakil presiden Afghanistan Amrullah Saleh di Kabul pada Ahad (28/7). Sedikitnya 20 orang meninggal dan 50 lainnya luka-luka dalam kejadian tersebut.

Dalam pernyataan yang dirilis Pemerintah Afghanistan pada Senin (29/7), setelah bom bunuh diri meledak, terdapat tiga pelaku yang memasuki kantor empat lantai tempat Saleh bekerja. Namun, pasukan Afghanistan berhasil membunuh mereka.

Baca Juga

Saleh sendiri dalam kondisi aman. Dia dilaporkan hanya mengalami sedikit luka. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Afghanistan Nasrat Rahimi mengatakan, lebih dari 150 warga sipil diselamatkan dari sekitar area dalam operasi selama enam jam.  

Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. Namun peristiwa itu menjadi serangan yang cukup serius karena langsung membidik Saleh, yang notabene akan mendampingi Presiden Afghanistan Ashraf Ghani dalam pemilu mendatang.

Hingga kini situasi di Afghanistan masih rentan dan tak stabil. Taliban, yang selama hampir 20 tahun berkonflik dengan Pemerintah Afghanistan masih enggan melakukan pembicaraan langsung untuk membahas rekonsiliasi dan perdamaian.

Juru bicara kantor politik Taliban di Qatar Suhail Shaheen mengungkapkan, hingga kini pasukan asing masih bertahan di Afghanistan. Pemerintah pun belum mengumumkan tentang penarikan mereka dari negara tersebut. “Pembicaraan intra-Afghanistan akan dimulai hanya setelah penarikan pasukan asing diumumkan,” ujar Shaheen pada Ahad.

Pertengahan Juli lalu, sejumlah politisi, pejabat, dan aktivis masyarakat sipil Afghanistan berpartisipasi dalam dialog dengan perwakilan Taliban di Doha. Setelah pertemuan tersebut, muncul resolusi yang menyerukan persatuan, membangun kepercayaan antarpihak, dan kelanjutan pembicaraan perdamaian. Namun, hal yang ditunggu-tunggu, yakni gencatan senjata, tak tercapai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement