REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Pertahanan Amerika Serikat James Mattis memperingatkan Korea Utara, rezim Pyongyang akan mempertaruhkan rezim dan kehancuran rakyatnya jika menyerang Washington atau sekutu-sekutunya. Sebab serangan dari kedua belah pihak akan mengguncang daerah tersebut.
Mattis mengatakan, militer sekutu memiliki kemampuan pertahanan dan serangan yang paling tepat, terlatih dan tangguh. Namun terlepas dari retorika yang keras, tidak ada perubahan dalam penempatan militer AS atau dalam status siaga. Kekuatan yang luar biasa baru akan digunakan jika terjadi serangan dari Korut.
Trump tanpa berkonsultasi dengan staf keamanannya telah memperingatkan serangan dahsyat yang belum pernah ada sebelumnya jika pemerintah Kim Jong-un terus mengancam AS.
Sebelumnya Pyongyang mempertimbangkan rencana serangan rudal di sekitar wilayah Pasifik AS di Guam.
Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson juga menghabiskan sebagian besar waktunya untuk meyakinkan warga Amerika bahwa mereka bisa tidur nyenyak di malam hari. Ia juga coba meyakinkan sekutu kalau tidak ada ancaman yang akan segera terjadi yakni Perang.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS Heather Nauert mengatakan, Tillerson berbicara dengan Trump selama satu jam. "Tetap ada kesatuan tujuan dalam pemerintahan. Baik Gedung Putih dan Kementerian Pertahanan berbicara satu suara," kata Nauert seperti dilansir Guardian, Rabu, (9/8).
Pesawat Tillerson dijadwalkan berhenti di Guam, yang merupakan rumah bagi pangkalan militer AS mencakup skuadron kapal selam, pangkalan udara dan kelompok penjaga pantai.
Tillerson mengatakan, dia tidak memiliki rencana untuk mengubah rutenya. "Tidak ada yang saya lihat, dan tidak ada yang saya tahu akan menunjukkan bahwa situasinya telah berubah secara dramatis dalam 24 jam terakhir," katanya.