Jumat 11 Aug 2017 13:56 WIB

Australia akan Bantu AS Angkat Senjata Lawan Korea Utara

Rep: Marniati/ Red: Nur Aini
Bendera Australia.
Foto: abc
Bendera Australia.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull mengatakan Australia akan siap membantu Amerika Serikat (AS) jika Korea Utara menyerang AS. Menurut Turnbull, AS tidak memiliki sekutu yang lebih kuat daripada Australia.

"Kami memiliki perjanjian Anzus dan jika ada serangan ke Australia atau AS maka masing-masing dari kita akan membantu pihak lain. Australia akan datang untuk membantu AS seolah-olah ada serangan ke Australia dan juga AS akan membantu kami," ujar Turnbull seperti dilansir news.com.au, Jumat (11/8).

Perjanjian Anzus adalah perjanjian pertahanan yang ditandatangani pada 1951 untuk melindungi keamanan Pasifik. Perjanjian tersebut mengatakan bahwa para penandatangan akan berkonsultasi bersama dan bertindak untuk menghadapi bahaya umum. Ada perdebatan di kalangan pakar pertahanan tentang apakah kata-kata perjanjian tersebut memerlukan tindakan militer oleh para pihak.

Turnbull menjelaskan, bantuan yang diberikan akan terwujud tergantung pada keadaan dan konsultasi dengan sekutu. Ia mengaku telah berbicara dengan Wakil Presiden AS Mike Pence dan menyebutkan cara administrasi untuk menyelesaikan situasi melalui sanksi ekonomi. Menurutnya, satu-satunya cara untuk menghadapi Korea Utara adalah dengan tekanan ekonomi maksimum. Untuk itu ia menyambut baik sanksi baru yang diberlakukan oleh dewan keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa terhadap Korut.

"Tapi tentu saja jika Korea Utara memutuskan untuk melakukan beberapa ancaman kekerasannya, maka jelas konsekuensi mengerikan akan menyusul," kata Turnbull.

Adapun terkait ucapan kasar Trump terhadap Korea Utara, Turnbull berpendapat bahwa presiden AS tersebut berbicara dalam bahasa yang sering digunakan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un. "Karena bahasa diplomatik jelas belum berhasil," kata Turnbull.

Namun dia mengatakan konsekuensi konflik di semenanjung Korea akan mengejutkan dan akan mengakibatkan korban dan kerugian yang sangat besar. "Ini tentu saja titik kilas paling berbahaya di dunia saat ini," ujarnya.

Komentar dari Perdana Menteri Australia ini bertentangan dengan pendapat dari menteri luar negeri Australia, Julie Bishop awal pekan ini. Dilansir dari theguardian.com pada Jumat (11/8), Bishop menjelaskan tidak ada pemicu otomatis untuk melibatkan Australia dalam konflik ini.

Dia mengatakan Australia bukan merupakan pihak dalam gencatan senjata yang mengakhiri Perang Korea pada tahun 1953, dan, sejauh menyangkut aliansi Anzus, itu berarti adalah kewajiban untuk berkonsultasi Namun, Turnbull mengatakan  dalam hal Korea Utara menyerang Guam, Australia dan AS akan berdiri bersama dan komitmen Australia itu benar-benar solid.

Dia mengatakan sama seperti John Howard telah meminta perjanjian Anzus setelah terjadinya serangan teror 9/11 di New York, pemerintahannya akan melakukan hal yang sama jika Korea Utara melancarkan serangan militer ke wilayah Amerika.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement